JINDO, KOMPAS.com -- Awalnya, feri ini melepas jangkar untuk penyeberangan rutin di lautan tenang menuju sebuah pulau resor, Rabu (16/4/2014) pagi. Beberapa penumpang pun sedang menikmati sarapan dengan tenang sampai ledakan keras mengguncang kapal.
Dalam waktu singkat, ratusan penumpang feri yang sebagian di antaranya adalah remaja berhadapan dengan pilihan sulit, mematuhi perintah yang terdengar dari pengeras suara untuk tetap berada di lokasi saat itu pada saat air mulai masuk ke kapal, atau mengenakan rompi pelampung dan melompat ke air dingin di perairan Korea Selatan.
Penumpang yang memilih melompat ke air atau berhasil mencapai puncak kapal sebagian telah diselamatkan. Helikopter menjemput penumpang yang ada di dek kapal, sementara itu penumpang yang terapung di lautan diselamatkan kapal nelayan dan kapal militer yang bergegas mendatangi lokasi tenggelamnya kapal.
"Saya harus berenang sedikit untuk sampai ke perahu untuk diselamatkan," tutur Lim Hyung-min, satu dari 300 siswa SMA Seoul yang menumpang kapal untuk mengikuti perjalanan 4 hari, seperti dikutip dari CNN. "Air begitu dingin dan aku ingin hidup."
Hingga Rabu malam, pejabat tanggap darurat yang dikutip YTN, menyebutkan, enam orang tewas dari insiden ini. Kantor berita Yonhap hingga Kamis (17/4/2014) dini hari menyebut, baru empat yang dipastikan meninggal.
Setidaknya 164 orang sudah diselamatkan, atau menurut beberapa versi media lokal sudah 179 orang. Namun, sekitar 300 orang masih hilang. Penyelamatan besar-besaran digelar setelah penundaan selama beberapa jam, Kamis pagi waktu setempat, sebagaimana pernyataan penjaga pantai Korea Selatan kepada CNN.
Puluhan penyelam militer, pelaut, marinir, dan polisi terjun dalam operasi penyelamatan ini. Namun, dinginnya air, derasnya arus, dan rendahnya jarak pandang menyulitkan operasi penyelamatan. Saat ini suhu air di lokasi kapal tenggelam itu berkisar antara 10 sampai 13 derajat celsius.
Yonhap melaporkan, penyelam dari Angkatan Laut Korea Selatan sudah menggeledah tiga kompartemen, tetapi tak menemukan korban selamat ataupun meninggal. Kapal Perang USS Bonhome Richard milik Angkatan Laut Amerika Serikat yang melakukan patroli rutin di kawasan tersebut mengalihkan rute untuk turut membantu pencarian korban kapal ini.
"Republik Korea sudah melakukan pekerjaan besar dalam upaya penyelamatan," kata Letnan Arlo Abrahamson, juru bicara Angkatan Laut AS di Korea Selatan, Rabu.
Adapun Direktur Khusus di Woods Hole Oceanographic Institution David Gallo mengatakan, pencarian harus bisa mengatasi segala kendala. "Ini situasi yang benar-benar positif mengerikan," ujar Gallo. "Ini mimpi buruk."
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.