Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Kalang Kabut Tangani Pencarian Malaysia Airlines

Kompas.com - 20/03/2014, 21:22 WIB

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Kebingungan dan kontradiksi pernyataan yang keluar dari para pejabat Malaysia terkait hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 yang terus berlanjut menimbulkan kesan bahwa pemerintah kalang kabut menghadapi krisis.

Penilaian itu diungkapkan Dr Wong Chin-Huat, Kepala Bagian Analisis Sosial dan Politik di Institut Penang, lembaga pemikir milik negara bagian Penang, Malaysia.

"Pemerintah seolah-olah ada prioritas yang lebih tinggi daripada menyelamatkan penumpang dan juga awak kapal, yakni untuk menutupi kekhilafan," kata Dr Wong melalui wawancara telepon dengan BBC Indonesia, Kamis (20/3/2014).

"Memang kasus MH370 ini sesuatu yang agak luar biasa dan boleh dimaafkan kalau berlaku sedikit kalang kabut pada peringkat awal," ujar Wong.

Akan tetapi, kalang kabut itu berlangsung terus-menerus, lanjutnya, dan baru berkurang lebih dari seminggu setelah hilangnya pesawat Malaysia Airlines pada Sabtu (8/3/2014), ketika masyarakat internasional melancarkan kecaman pedas atas cara-cara Malaysia menangani kasus ini.

Hal tersebut terjadi antara lain karena selama ini Pemerintah Malaysia menangani krisis yang melibatkan warga setempat, bukan masyarakat internasional.

"Sering pemerintah mengambil suatu sikap yang menekan kritikan, menekan persoalan. Sampailah pemerintah biasa bahwa segala bencana itu boleh diuruskan dengan cara yang meminimalkan kecaman kepada image pemerintah," ujar Dr Wong.

Hal yang turut melindungi pemerintah dari kecaman adalah sebagian media massa, surat kabar, radio, dan televisi yang mempunyai jangkauan luas, dikendalikan oleh koalisi yang memerintah, Barisan Nasional.

Sudah maksimal

Penilaian berbeda disampaikan Profesor Jayum Anak Jawan, Wakil Ketua Kluster Politik, Keselamatan, dan Hal Ihwal Antarbangsa, Majelis Profesor Negara Malaysia. Menurutnya, Pemerintah Malaysia telah berusaha maksimal menangani krisis hilangnya pesawat Malaysia Airlines.

"Malaysia mencoba segala upaya untuk mengurus perkara ini, tetapi ini perkara baru. Kita tidak ada pengalaman," ujar profesor di Universitas Putra Malaysia itu.

"Cuma yang diketengahkan oleh sebagian pihak di Malaysia dan juga di luar negara adalah kesigapan Malaysia mengurusnya. Jadi, proses managing the crisis yang mereka suarakan."

Pada Rabu (19/3/2014), sejumlah keluarga penumpang asal China menyerbu ruang konferensi pers di sebuah hotel dekat Bandara KLIA Kuala Lumpur untuk menyuarakan kemarahan mereka. Namun, mereka kemudian digiring ke ruang lain dan tidak diberi kesempatan berbicara dengan media.

Kedua analis sependapat bahwa pihak oposisi di dalam negeri berusaha menahan diri untuk tidak terlalu mengecam tindakan pemerintah dalam menangani krisis karena secara umum masyarakat terperanjat dengan hilangnya pesawat maskapai penerbangan nasional itu.

Namun, kepentingan kepartaian tampaknya tetap kental di tengah krisis sekalipun. Hal ini terbukti ketika menteri perhubungan menyampaikan pengarahan kepada anggota parlemen dan yang diundang hanya anggota-anggota parlemen dari koalisi Barisan Nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com