Sejak krisis di Ukraina dan Crimea dimulai, Rusia langsung unjuk kekuatan militer, baik di perbatasan dengan Ukraina maupun di dalam wilayah Crimea, untuk menunjukkan dukungan terhadap wilayah yang baru saja "melepaskan diri" dari Ukraina itu.
Sementara di sisi lain, AS dan NATO secara terang-terangan mendukung Ukraina dengan mengecam referendum Crimea dan merencanakan sanksi untuk Rusia.
Tak hanya itu, meski tak semasif Rusia, kekuatan militer NATO, terutama negara-negara anggota yang berbatasan dengan Ukraina, mulai diperkuat. Pertanyaannya apakah perang antara Rusia melawan AS dan NATO akan terjadi?
Kemungkinan terjadi perang antara AS dan Rusia terkait krisis Ukraina memang hingga kini peluangnya masih sangat tipis. Ukraina bukan anggota NATO dan Presiden Barack Obama tampaknya akan berpikir panjang untuk kembali menyeret AS ke sebuah medan perang baru.
Namun, sebagian besar tetangga Ukraina adalah anggota NATO, termasuk Polandia, Romania, Hongaria, dan Slowakia. Demikian pula negara-negara Baltik, Lituania, Latvia, dan Estonia.
Nah, jika salah satu dari negara-negara itu kemudian membantu Ukraina dan terlibat perang dengan Rusia, NATO harus mengintervensi . Jika perang benar-benar terjadi, apa yang akan terjadi?
Jika perang antara Barat (NATO) dan Timur (Rusia) terjadi di masa Perang Dingin, kemungkinan yang terjadi adalah seperti dalam legenda Yunani Kuno "The Battle of Titan" alias Perang Para Dewa yang kekuatannya seimbang.
Namun, setelah Uni Soviet runtuh, kekuatan antara NATO dan Rusia tak bisa dianggap seimbang lagi.
Dari sisi ekonomi, AS dan Eropa jauh lebih kaya dari Rusia sehingga bisa membiayai militernya dengan jauh lebih baik, meski itu bukan jaminan jika perang terjadi Rusia akan mudah dikalahkan.
Sejarah mencatat, bangsa Rusia rela berkorban sangat besar saat mengusir invasi Napoleon dan pasukan Hitler. Jadi, bagaimana skenario perang antara Rusia melawan AS dan NATO jika benar-benar terjadi? Hasilnya pasti benar-benar sangat buruk.
1. Bencana nuklir
Meski sejak Perang Dingin perlucutan senjata strategis mulai dilakukan, saat ini AS dan Rusia masih memiliki hulu ledak nuklir siap pakai dan jumlahnya ribuan.
Sejumlah data menyebut AS masih memiliki persediaan misil balistik antarbenua (ICBM) sebanyak 448 buah yang masih mengarah ke wilayah Rusia.
Total, AS diperkirakan masiih memiliki 7.700 buah hulu ledak, termasuk 1.950 hulu ledak yang bisa diluncurkan lewat ICBM, kapal selam, dan pesawat udara.