Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengguna Paspor Curian di Malaysia Airlines, Teroris atau Imigran?

Kompas.com - 11/03/2014, 09:39 WIB
KOMPAS.COM — Memasuki hari keempat, keberadaan jet penumpang milik Malaysia Airlines yang hilang di langit di atas perairan antara Vietnam dan Malaysia bersama 239 penumpangnya masih misterius. Pencarian besar-besaran yang melibatkan sejumlah kapal dan pesawat dari berbagai negara terus berlangsung. Sementara itu, para kerabat dari orang-orang yang ada di dalam pesawat itu menunggu dalam ketidakpastian. Para pejabat Malaysia telah memperingatkan mereka untuk siap menerima kabar terburuk.

Berbagai dugaan sebab hilangnya pesawat itu bermunculan, termasuk kemungkinan adanya aksi terorisme. Dugaan terorisme muncul berdasarkan fakta bahwa dua penumpang Malaysia Airlines bernomor penerbangan MH370 yang terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing itu menggunakan paspor curian. Mereka menggunakan paspor curian milik seorang warga Italia dan seorang Austria.

Penumpang berpaspor curian itu membeli tiket pada Kamis (6/3/2014), atau dua hari sebelum pesawat berangkat, di Thailand. Mereka hanya membeli tiket satu arah. Dari Beijing mereka melanjutkan penerbangan ke Amsterdam. Tiket tujuan akhir salah satu orang adalah Frankfurt, Jerman. Satu lagi tujuan akhirnya adalah Kopenhagen, Denmark.

Pemilik asli kedua paspor tidak ada di pesawat yang hilang tersebut. Kedua pemilik asli paspor itu kehilangan paspor mereka di Thailand. Yang punya warga Austria dicuri tahun lalu dan yang punya warga Italia dicuri tahun 2012.

Siapakah orang yang menggunakan paspor curian itu? Apakah mereka punya kaitan dengan hilangnya pesawat itu?

Dirjen Departemen Penerbangan Sipil Malaysia, Azharuddin Abdul Rahman, Senin, mengatakan, orang-orang yang melakukan perjalanan dengan paspor curian itu adalah "pria yang tidak bertampang Asia". Ia mengutip rekaman CCTV pihak keamanan bandara. Namun, pihak berwenang menolak untuk mengungkapkan rincian lain tentang penyelidikan identitas kedua orang itu.

Pernyataan Abdul Rahman berbeda dengan pernyataan Menteri Dalam Negeri Malaysia Zahid Hamidi sebelumnya yang mengatakan, dua penumpang berpaspor curian itu "berwajah Asia". "Saya masih bingung kenapa (para petugas imigrasi) tidak bisa berpikir, ada seorang Italia dan Austria tetapi berwajah Asia," kata Zahid Hamidi seperti dikutip kantor berita nasional Malaysia, Bernama, pada Minggu malam.

Laporan terbaru dari Financial Times menyebutkan, tiket dua penumpang berpaspor curian itu difasilitasi warga Iran bernama Ali. Informasi tersebut berdasarkan keterangan pemilik perusahaan perjalanan Thailand tempat tiket itu dibeli. Benjaporn Krutnait, pemilik Grand Horizon Travel di Pattaya, menjelaskan, dia diminta Ali untuk mencari tiket murah ke Eropa untuk dua lelaki itu pada 1 Maret 2014.

Semula dia memesan tiket Qatar Airways dan Etihad. Namun, tiket itu hangus karena tidak kunjung ada kabar. Akhirnya, Benjaporn memesan tiket baru Malaysian Airlines karena itu tiket termurah dengan menggunakan codeshare China Southern Airlines. Teman Ali kemudian datang membayar dengan uang tunai. Benjaporn menyampaikan, adalah hal yang lumrah membeli tiket di Pattaya dengan seorang makelar seperti Ali yang kemudian mendapatkan komisi.

Kasus penggunaan paspor curian itu telah menimbulkan kekhawatiran bahwa ada sesuatu yang tidak beres di balik hilangnya pesawat itu. Para pejabat Malaysia mengatakan, mereka tidak mengabaikan kemungkinan apa pun saat ini, termasuk pembajakan, tetapi mereka belum menemukan kaitan ke arah terorisme.

Menurut CNN, penjelasan lain yang mungkin untuk paspor curian itu adalah bahwa imigran ilegal sedang menggunakan paspor itu untuk mencoba memasuki Eropa. Ada sejumlah kasus sebelumnya ketika para imigran ilegal menggunakan paspor palsu untuk memasuki negara-negara Barat. Asia Tenggara, kata CNN, dikenal sebagai pasar yang marak untuk paspor curian.

Interpol mengatakan, kedua paspor curian itu sudah ada dalam basis data mereka. Namun, tidak ada pemeriksaan yang dilakukan sejak paspor itu masuk basis data mereka hingga keberangkatan pesawat yang hilang itu.

Sekretaris Jenderal Interpol, Ronald K Noble, mengatakan "jelas merupakan sebuah keprihatinan besar" bahwa para penumpang bisa naik penerbangan internasional dengan paspor yang telah tercantum dalam basis data badan itu sebagai paspor yang telah dicuri.

Apakah kedua paspor itu sudah pernah digunakan untuk perjalanan sebelumnya? Karena tidak pernah ada pemeriksaan yang dilakukan terhadap dokumen yang telah dicuri itu, Interpol mengatakan "tidak bisa menentukan sudah berapa kali paspor itu digunakan dalam penerbangan atau melintasi batas negara".

Pemerintah Malaysia sedang menyelidiki proses keamanan yang telah memungkinkan kedua penumpang itu naik ke pesawat, tetapi para pejabat berkeras bahwa bandara di mana pesawat itu berangkat telah mematuhi standar internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com