Pihak berwajib China menyatakan, para militan dari Xinjiang, tempat tinggal kelompok etnis minoritas Uighur, melancarkan serangan yang menewaskan sedikitnya 29 orang dan mencederai sekitar 140 orang.
Polisi menembak mati empat penyerang dan menangkap empat lainnya. Baik Beijing maupun Washington telah menyebut serangan di Kunming itu sebagai serangan terorisme.
Media pemerintah, termasuk kantor berita Xinhua, mengutip Qin Guangrong, Ketua Partai Komunis China di Provinsi Yunnan, menyatakan, delapan penyerang itu semula ingin berpartisipasi dalam ”jihad”.
”Mereka tidak bisa pergi dari Yunnan sehingga mereka mencari tempat lain dan pergi ke Provinsi Guangdong,” kata Qin. Guangdong adalah provinsi di China yang berbatasan dengan Hongkong.
Dari Guangdong, mereka ternyata juga tidak bisa keluar sehingga kembali ke Yunnan.
Mereka kemudian pergi ke Honghe di Yunnan yang berbatasan dengan Vietnam. Di situ mereka merencanakan, jika tidak bisa meninggalkan China dari sana, mereka akan ”berjihad” di Honghe atau di sebuah stasiun kereta api atau terminal bus di Kunming.
Qin mengatakan bahwa ”beberapa orang” yang melakukan kontak dengan delapan penyerang itu juga ditahan walau dia tak memberikan rincian.
Dia mengatakan ini hari Selasa saat memberikan taklimat kepada delegasi provinsi menjelang pembukaan sidang tahunan parlemen di Beijing. Qin tak menjelaskan mengenai apa yang ia maksudkan dengan ”jihad”.
Melintasi perbatasan
Komentar Qin itu mempunyai beberapa persamaan dengan sebuah laporan terdahulu dari Radio Free Asia (RFA). RFA mengutip beberapa sumber yang mengatakan, kedelapan penyerang itu bepergian dari Xinjiang ke Yunnan dengan tujuan melintasi perbatasan ke Laos dalam perjalanan mereka mencari perlindungan di tempat lain.
Sumber-sumber RFA menyebutkan, delapan penyerang itu kemungkinan adalah orang Uighur yang melarikan diri dari represi polisi di Prefektur Hotan, Xinjiang.
Para sumber yang tidak dijelaskan identitasnya itu mengatakan, mereka mungkin menghentikan upaya untuk keluar dari China setelah sekitar 30 orang Uighur lain ditahan di perbatasan, September tahun lalu.
Sementara itu, seorang tokoh pemimpin Uighur di pengasingan mengatakan, Selasa, pihak berwenang China kemungkinan akan makin menekan pembangkangan di Xinjiang setelah peristiwa Kunming itu.
Rebiya Kadeer, Ketua Kongres Uighur Dunia (WUC), mengatakan, dia khawatir Beijing merencanakan tindakan lebih keras pada kawasan itu dan mengimbau warga Uighur tetap tenang.
”(Beijing) tak pernah mengatakan, ’Kami akan menyidik akar penyebab masalah dan kami akan mengatasinya (melalui) dialog damai’,” kata Kadeer yang menduga serangan itu merupakan tindakan putus asa. (Reuters/AP/AFP/DI)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.