Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koki Jepang Ungkap Masa Kecil Kim Jong Un

Kompas.com - 24/02/2014, 22:38 WIB
PYONGYANG, KOMPAS.com — Sosok pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, sejauh ini dianggap sebagai sosok yang misterius karena tak banyak diketahui soal kehidupan pribadi serta masa lalunya.

Namun, kini kisah-kisah masa kecil Kim Jong Un mulai terungkap, dan orang yang mengungkapkan kisah masa lalu Kim Jong Un itu adalah seorang pria yang pernah bekerja untuk rezim penguasa Korea Utara itu.

Kenji Fujimoto, dialah seorang pria Jepang yang pernah bekerja lebih dari satu dekade sebagai juru masak keluarga pemimpin Korea Utara itu dan sekaligus menjadi "pengasuh" Kim Jong Un.

"Di istana saya memiliki dua tugas. Untuk Kim Jong Il (ayah Kim Jong Un) saya adalah koki sushi utamanya. Bagi Kim Jong Un, saya adalah kawan bermainnya, hampir seperti pengasuh," kata Fujimoto seperti dikutip harian Daily Mail.

"Saya bisa katakan, saya adalah orang terdekat Kim Jong Un di masa kecilnya. Saya bahkan merasa dia adalah anak saya sendiri," tambah Fujimoto.

Sejak berusia enam tahun, Jong Un menghabiskan waktunya hampir setiap hari bersama Fujimoto. Memiliki begitu banyak keistimewaan sejak kecil, menurut ingatan Fujimoto, Jong Un sudah meminta belajar mengemudikan mobil, yaitu sebuah sedan Mercedes, saat baru berusia tujuh tahun.

"Mereka menempatkan sebuah kotak di kakinya untuk membantunya menginjak pedal dan seorang lainnya memberi petunjuk. Mobil pertamanya adalah sebuah Mercedes-Benz. Sekarang dia memiliki sekitar 10 buah Mercedes dan semuanya antipeluru," kenang Fujimoto.

Pada usia 14 tahun, Jong Un mulai mencoba merokok. Bahkan, Jong Un kerap mengetuk pintu kamar Fujimoto pada pukul 03.00 dini hari hanya untuk meminta rokok.

Tak hanya itu, Fujimoto mengatakan, Jong Un kecil sudah mulai minum minuman keras pada usia 14 tahun.

"Dia minum sangat banyak untuk ukuran remaja. Dia minum vodka terbaik Rusia. Tak jarang dia menghabiskan sendiri satu botol vodka," kata Fujimoto.

Seiring waktu berlalu, Kim Jong Un meneruskan gaya hidup mewahnya. Dia kerap menghabiskan waktu di dua kapal layar yang dibelikan ayahnya.

Sebuah kebiasaan awal yang bisa menjadi pembenar sebuah laporan belum lama ini yang mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara itu pada 2012 saja menghabiskan uang sebanyak 716 juta dollar AS atau sekitar Rp 8 triliun!

Pada akhir masa remajanya, Jong Un kerap berada di tengah-tengah "brigade pemuas nafsu" milik ayahnya. Mereka adalah sekelompok perempuan muda cantik yang dipaksa bernyanyi, menari telanjang, memijat, dan melakukan hubungan badan.

Meski demikian, Fujimoto melanjutkan, saat menginjak usia 18 tahun Kim Jong Un tak menunjukkan ketertarikan terhadap perempuan dan tak suka memiliki hubungan dengan perempuan.

Kondisi ini membuat sang ayah, Kim Jong Il, sempat mengira putranya itu memang tidak menyukai perempuan.

Fujimoto berspekulasi bahwa Jong Un sebenarnya membenci kegemaran ayahnya bermain perempuan dan kemungkinan itulah sebabnya Jong Un kemudian mengeksekusi pamannya sendiri, Jang Song Taek.

Pada masa kekuasaan Kim Jong Il, sang pamanlah yang bertanggung jawab memilih para gadis itu, bahkan sang paman pula yang melakukan tes keperawanan terhadap para gadis itu sebelum dipersembahkan untuk Kim Jong Il.

Fujimoto menambahkan, masih lekat dalam ingatannya bagaimana keluarga penguasa Korut itu mempertahankan gaya hidup mewah mereka, bahkan pada saat negeri mereka mengalami bencana kelaparan selama dua dekade.

"Keluarga ini bahkan memiliki kolam renang ukuran olimpiade, bioskop pribadi, dan ruang olahraga yang sangat luas. Ruang bermain anak-anak sangat luas dilengkapi mobil remote control dan meja biliar," tambah dia.

Pada 2001, Fujimoto "kabur" dari negeri itu dan kembali ke Jepang. Perbuatannya ini dianggap keluarga Kim sebagai sebuah pengkhianatan yang kemudian mencoba membunuh mantan koki ini.

Namun, setahun kemudian seorang pejabat Korea Utara muncul di kediaman Fujimoto dan mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara sudah memaafkannya dan memintanya kembali ke Pyongyang.

Meski sempat ragu untuk memenuhi undangan itu, Fujimoto kemudian datang dan hadir di istana kepresidenan Korea Utara.

"Saya sangat takut. Saya sudah mengkhianati Kim Jong Un dengan meninggalkan Korea Utara, jadi sangat mungkin dia akan membunuh saya," ujar Fujimoto.

Namun, hal yang dikhawatirkannya itu tidak terjadi. Kim Jong Un menyambut Fujimoto dengan senyum dan kemudian memeluknya.

"Lama tak bersua Tuan Fujimoto. Pengkhianatan Anda terhadap Korea Utara sudah lama dimaafkan," ujar Kim Jong Un.

Kim Jong Un, tambah Fujimoto, kemudian menyatakan terima kasihnya karena dia telah menemaninya semasa masih kecil. "Lalu dia menantang saya lomba minum," kenangnya.

Meski disambut sangat baik dan kesalahannya sudah dilupakan, Fujimoto mengatakan bahwa dia tak ingin kembali ke Korea Utara dan bekerja untuk Kim Jong Un.

"Bahkan jika Pemerintah Jepang memberi saya 100 juta yen agar saya kembali ke Korea Utara, tetapi saya tak akan kembali ke sana," kata dia.

Salah satu penyebab keengganan Fujimoto kembali ke negeri komunis itu adalah eksekusi Jang Song Taek pada Desember tahun lalu.

"Sangat mungkin Jong Un menarik kembali pengampunannya dan melenyapkan saya seperti saya tidak pernah ada sebelumnya," ujar Fujimoto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com