Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 20/02/2014, 18:03 WIB
EditorErvan Hardoko
HARARE, KOMPAS.com — Rencana pesta ulang tahun ke-90 Presiden Zimbabwe Robert Mugabe yang menurut rencana akan menghabiskan dana sebesar 1 juta dollar AS atau hampir Rp 12 miliar itu dikecam karena negeri itu masih menghadapi krisis finansial.

Dana pesta ulang tahun untuk kepala negara tertua di Afrika itu diperkirakan akan melampaui biaya pesta tahun lalu, saat wajah Mugabe dicetak di atas sebuah koin emas dan ia dihadiahi kue ulang tahun seberat 89 kilogram.

Namun, rencana pesta ini muncul di tengah angka pengangguran tinggi, pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan likuiditas yang buruk, mengingatkan terpuruknya ekonomi negeri itu lima tahun lalu.

Saat ini, Mugabe masih berada di Singapura untuk menjalani operasi katarak di mata kirinya. Dia dijadwalkan kembali ke Zimbabwe tepat ketika pesta ulang tahun yang dihadiri ribuan pendukungnya di Stadion Rudhaka dihelat pada Minggu (23/2/2014), dua hari setelah dia genap berusia 90 tahun.

Seorang peneliti masalah Zimbabwe untuk Human Right Watch (HRW), Dewa Mavhinga, mengkritik rencana pesta besar-besaran untuk Mugabe itu yang digelar di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.

"Sangat tidak pantas seorang kepala negara menggelar sebuah pesta mewah dan mahal di saat negaranya menghadapi keruntuhan ekonomi," ujar Mavhinga.

"Pesta ini adalah sebuah pengkultusan, pemujaan, menginstitusionalkan Mugabe, dengan para penjilat di sekitarnya mencoba untuk terus mendewakannya. Semua sistem ini sangat korup," tambah dia.

Namun, sekretaris urusan pemuda Partai Zanu-PF, Absalom Sikhosana, mengatakan, pesta ulang tahun ke-90 Mugabe ini digelar karena itu merupakan sebuah momen istimewa bagi rakyat Zimbabwe.

"Tak semua orang bisa mencapai usia 90 tahun. Anda tidak bisa mencapai usia 90 tahun jika Anda adalah seorang 'playboy', suka minum alkohol, atau seorang perokok berat. Kami merayakan kehidupan seseorang yang spesial," kata Absalom.

Tak hanya soal perekonomian yang buruk, Mavhinga juga mengatakan selama 34 tahun berkuasa, catatan hak asasi manusia Zimbabwe sama sekali tidak bisa dibanggakan.

"Tak ada yang bisa dirayakan terkait warisannya, dan salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah jika sesuatu terjadi terhadap Mugabe, negeri itu bisa terjebak kekacauan karena tak ada mekanisme transisi yang jelas," ujar Mavhinga.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke