KIEV, KOMPAS.com - Dunia kembali menyaksikan aksi damai menentang kebijakan pemerintah yang berakhir dengan darah dan hilangnya nyawa, Selasa (18/2/2014) malam waktu setempat atau Rabu (19/2/2014) pagi WIB. Kali ini dari Kiev, Ukraina.
Sekurangnya 26 orang tewas, setelah unjuk rasa yang bermula dari aksi damai pada November 2013, berakhir rusuh pada Selasa malam. Pengunjuk rasa dan pasukan anti-huru-hara berhadap-hadapan langsung, dalam aksi kekerasan terburuk sepanjang tiga bulan gelombang unjuk rasa melanda Ukraina.
Berikut ini adalah lini masa dari aksi unjuk rasa di Ukraina tersebut:
21 November 2013
Pemerintah Presiden Viktor Yanukovych mengumumkan membatalkan rencana kesepakatan untuk memperkuat hubungan negara itu dengan Uni Eropa, dan memilih kerja sama yang ditawarkan Rusia. Para pengunjuk rasa spontan turun ke jalan.
30 November 2013
Polisi secara brutal menyerang sekelompok pengunjuk rasa, menahan 35 orang. Gambar pengunjuk rasa berdarah oleh pentungan polisi menyebar dengan cepat dan menggalang dukungan publik untuk demonstrasi yang lebih masif.
Unjuk rasa pada 1 Desember 2013, sudah melibatkan tak kurang dari 300.000 orang, jumlah terbesar sejak Revolusi Oranye yang mendorong Ukraina merdeka pada 2004. Pada unjuk rasa ini, para pengunjuk rasa merebut Balai Kota Kiev.
17 Desember 2013
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan Moskwa membeli obligasi negara Ukraina senilai 15 miliar dollar AS dan memberi potongan harga gas untuk Ukraina. Baik Putin maupun Yanukovych menyatakan tak ada persyaratan apapun untuk kesepakatan ini.
22 Januari 2014
Dua pengunjuk rasa tewas dengan luka tembak peluru tajam, dan korban jiwa ketiga menyusul setelah terjatuh di tengah konfrontasi antara polisi dan pengunjuk rasa yang menjaga barikade aksi. Ini adalah kematian pertama yang terjadi dalam gelombang unjuk rasa di Ukraina yang berlangsung sampai sekarang.
28 Januari 2014
Perdana Menteri Ukraina mengundurkan diri dan parlemen mencabut undang-undang baru anti-unjuk rasa, yang menjadi pemicu kekerasan pada pekan sebelumnya. Kedua langkah tersebut merupakan semacam konsesi untuk kubu oposisi, sebagai bagian upaya meredam krisis.
31 Januari 2014
Aktivis oposisi Dmytro Bulatov yang hilang sejak 22 Januari 2014, muncul kembali di depan publik dengan luka memar dan sebagian telinga kanan terpotong. Dia menyatakan berkeyakinan kelompok pro-Rusia berada di balik aksi penculikan dan penganiayaan padanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.