Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASEAN 6 Unggulkan Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Kompas.com - 13/02/2014, 17:46 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Enam negara ASEAN (ASEAN 6) yang diklasifikasikan oleh OECD akan mengunggulkan pertumbuhan ekonomi nasional untuk bersaingan dalam Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) tahun depan. Indonesia, termasuk di dalamnya di samping Thailand, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, dan Singapura. OECD memaparkan risetnya itu sebagai salah satu landasan untuk memetakan perkembangan di ASEAN untuk bisa bersaing pula pada pasar global.


Catatan terkumpul, sementara itu, juga menujukkan kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia secara makro selama 10 tahun terakhir ini terus mengalami peningkatan. Pendapatan per kapita yang pada 2004 hanya mencapai 2000 dollar AS, saat ini telah mengalami peningkatan dua kali lipat menjadi 4000 dollar AS.

Demikian halnya dengan pendapatan masyarakat yang terus mengalami peningkatan meski tahun 2014 sebagai tahun politik dan tahun  pergantian kekuasaan. Pemerintah yang ada saat ini diprediksi masih akan dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen.

Hal tersebut disampaikan Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Umar Juoro dan pengamat ekonomi yang juga Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI)  Berly  Marwardaya, dalam diskusi ekonomi, Kamis (13/2/2014) di Jakarta.

“Pertumbuhan ekonomi memang dari tahun ke tahun, selama 10 tahun terakhir ini  cukup ada peningkatan. Bahkan pendapatan per kapita kita saat ini mencapai 4.000 dollar AS. Jauh meningkat cukup signifikan dari tahun 2004 lalu yang sekitar 2000-an pendapatan per kapita kita. Karena itu, secara makro ekonomi bisa dikatakan kondisi perekonomian kita cukup baik,” papar Umar Juoro.

Umar Juoro pun menilai pertumbuhan ekonomi yang cukup baik ini tidak terlepas dari keberhasilan dan sikap kehati-hatian pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam memimpin negara termasuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Hal yang sama pun terjadi dalam menjaga berbagai momentum ekonomi nasional dan dunia.  

Namun demikian, Umar Juoro tidak menampik masih banyak kekurangan dan kelemahanan yang harus segera diperbaiki agar pertumbuhan ekonomi baik makro maupun mikro terus mengalami peningkatan. “ Menurut saya, Pemerintahan SBY cukup berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Meski  belum optimal. Semestinya bisa lebih baik baik terutama dalam pengentasan kemiskinan dan menciptakan kesempatan kerja. Memperkuat sektor pertanian dan industri manufaktur untuk membuka kesempatan kerja produktif bagi kelas menengah kita. Satu hal yang penting juga, ketersediaan infrastruktur sektor industri, sektor transportasi, dan sektor energi, harus dikembangkan lebih baik sehingga bisa menggerakan investasi secara signifikan juga,” katanya Umar Juoro.

Pendapat senada disampaikan Berly Marwardaya. Menurut Berly, pencapaian prestasi tim ekonomi Presiden SBY sudah dapat dikatakan cukup berhasil. Meskipun akan dapat lebih bagus lagi hasilnya bila di sisa tahun terakhir ini kinerjanya bisa lebih ditingkatkan. “Setidaknya, menurut saya selama pemerintahan Pak SBY ini stabilitas ekonomi kita lebih terjaga, tidak akan menukik. Tidak ada gejolak yang bisa menjatuhkan angka pertumbuhan kita. Banyak hal bagus yang telah  dilakukan Pemerintahan SBY  untuk tetap menjaga pertumbuhan ekonomi kita  sehingga pertumbuhannya dapat dikatakan cukup signifikan dan stabil. Kinerja sektor perekonomian kita cukup, meskipun harus ada upaya-upaya stategis dan terobosan dari pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen tahun ini. Mengingat tahun 2014 ini adalah tahun politik karena adanya Pemilihan Umum dan pergantian anggota legislatif serta pergantian presiden,” papar ekonom yang pernah menggali ilmu di Universitas Sorbone Perancis ini.

Bertambahnya kelas menengah

Baik Umar Juoro maupun Berly Marwardaya menilai, salah satu fenomena penting di era pemerintahan ini, selain meningkatnya pendapat masyarakat adalah meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah. Saat ini jumlah anggota masyarakat yang masuk kategori kelas menengah lebih dari  lima juta jiwa. Sementara dari segi demografi usia mereka berkisar antara 35 hingga 40 tahun. Banyaknya jumlah anggota masyarakat  kelas menengah tersebut  dapat menjadi tambahan   modal penggerak  perekonomian  untuk  mempercepat laju pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik asalkan pemerintah memberikan kesempatan dan peluang bagi mereka untuk menjadi pengusaha dan pekerja produktif.

Berly berharap masyarakat kelas menengah yang sebelumnya telah bekerja sebagai profesional dan memiliki keahlian di bidang teknologi informasi, telekomunikasi, perbankan dapat diarahkan pemerintah untuk beralih kepada sektor bisnis dengan menjadi pengusaha atau wirausaha mandiri. Sehingga pekerjaan yang mereka tinggalkan dapat diisi oleh orang–orang yang lebih muda. Sementara mereka yang beralih menjadi pengusaha dapat membuka kesempatan bagi tenaga kerja baru. Hal ini akan semakin mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional.

 “Masyarakat kita adalah masyarakat konsumtif. Kelas menengah di Indonesia akan menjadi kekuatan perekonomian kita jika pemerintah bisa memberikan banyak kesempatan bagi mereka untuk menjadi pengusaha. Sebagian besar dari mereka yang memiliki kemampuan itulah yang diarahkan untuk menjadi pengusaha. Potensi cukup besar karena masyarakat kita yang konsumtif akan banyak berkembang seperti restoran, industri kreatif berbasis IT dan sebagainya,”papar Berly.

Salah satu cara, pemerintah menggiring kelas menengah kita dari semula berstatus sebagai pekerja profesional dan ahli di bidang tertentu  menjadi pengusaha yang menciptakan lapangan pekerjaan  dan membutuhkan tenaga kerja yang berkeahlian tertentu adalah dengan memberikan kemudahan-kemudahan. Selain kemudahan permodalan juga kemudahan di bidang perizinan.

“Kelas menengah kita itu kan cukup besar sekali. Karena itu, pemerintah harusnya memberikan kemudahan bagi kelas menengah ini untuk terus berkembang menjadi pengusaha-pengusaha muda baru, melalui kebijakan-kebijakan populer tentunya. Mulai dari kemudahan perizinan hingga akses modal yang memudahkan bagi mereka,” papar Berly.

Baik Umar Juoro maupun Berly mengakui, di balik kesuksesan Presiden SBY dalam memimpin negara khususnya di bidang perekonomian, saat ini masih banyak kekurangan khsususnya di bidang ekonomi mikro sehingga tetap perlu dikritisi. Kekurangan tersebut antara masih adanya indikator pengangguran dan angka masyarakat miskin yang tetap tinggi.  Selain itu kesenjangan antara masyarakat kaya, dengan masyarakat miskin masih sangat tinggi. Masyarakat kaya dengan pendapatan yang tinggi akan semakin kaya. Sementara masyarakat  miskin juga semakin miskin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com