Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genosida Mengancam Muslim di Afrika Tengah

Kompas.com - 13/02/2014, 08:20 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber CNN

BANGUI, KOMPAS.com — Amnesti Internasional, Rabu (12/2/2014), mengeluarkan peringatan bahwa saat ini sedang terjadi genosida terhadap umat Islam di Republik Afrika Tengah. Pembersihan itu mendorong eksodus kalangan menengah Muslim dari negara itu.

Pasukan penjaga internasional, menurut Amnesti Internasional, juga gagal mencegah pembersihan etnis terhadap komunitas Muslim di Afrika Tengah. Peringatan organisasi itu juga didukung pernyataan dari Human Right Watch.

Pada hari yang sama, Human Right Watch mengatakan populasi minoritas Muslim di negara itu telah menjadi sasaran gelombang kekerasan tanpa henti yang terkoordinasi. "Memaksa komunitas tersebut meninggalkan negara itu," kata Human Right Watch.

Republik Afrika Tengah adalah bekas koloni Perancis. Negara itu jatuh ke dalam kekacauan pada tahun lalu setelah koalisi oposisi yang didominasi Muslim, Seleka, menggulingkan Pemerintah Presiden Fancois Bozize, dan berkuasa selama 10 bulan.

Namun, kubu oposisi itu disingkirkan oleh kubu oposisi Kristen yang dikenal sebagai "Anti-Balaka" yang kemudian mengisi kekosongan kekuasaan. Transisi kekuasaan ini, kata Amnesty Internasional, menjadi awal dari konsekuensi mengerikan bagi para Muslim pada periode sesudahnya.

"Milisi Anti-Balaka melakukan serangan kekerasan dalam upaya pembersihan etnis Muslim di Republik Afrika Tengah," kata Joanne Mariner, Penasihat Senior Respons Krisis Amnesti Internasional. "Hasilnya adalah eksodus Muslim dalam proporsi yang bersejarah."

Amnesti Internasional mendesak pasukan penjaga perdamaian internasional yang ditempatkan di Afrika Tengah berbuat lebih banyak untuk melindungi komunitas Muslim dan mengendalikan milisi Anti-Balaka.

Saat ini ada 1.600 tentara Perancis di negara itu, bersama sekitar 6.000 tentara dari pasukan penjaga perdamaian di bawah bendera Uni Afrika yang dikenal sebagai MISCA. Menurut Amnesti Internasional, serangan terhadap komunitas Muslim tersebut sudah dapat diperkirakan dan harus dicegah.

"Dalam kekuasaan 10 bulan, Seleka bertanggung jawab atas pembantaian, eksekusi di luar hukum, pemerkosaan, penyiksaan dan penjarahan, serta pembakaran besar-besaran dan penghancuran desa-desa Kristen," tulis Amnesti Internasional dalam laporannya.

"Setelah Seleka mundur, pasukan internasional memungkinkan milisi Anti-Balaka untuk mengambil kendali di setiap kota. Hasilnya, kekerasan dan pengusiran paksa komunitas Muslim." Amnesti Internasional menyusun laporan ini dengan mewawancarai langsung 100 orang yang menyaksikan langsung kekerasan terhadap Muslim di Afrika Tengah.

Kekerasan tertarget

Kekerasan terburuk didokumentasikan terjadi di utara kota Bossemptele, dengan korban jiwa dari satu lokasi dan satu peristiwa mencapai 100 orang pada Januari 2014. Korban tewas mencakup perempuan dan lelaki tua, termasuk imam setempat yang berusia lebih dari 70 tahun.

Kota-kota dengan populasi Muslim di dalamnya yang mendapatkan serangan gencar bersenjata adalah Bouali, Boyali, dan Baoro. Para pengamat mengkhawatirkan perkembangan situasi di Afrika Tengah akan mengulang tragedi genosida di Rwanda, sekitar dua dasawarsa silam.

Antonio Guterres, kepala Badan Pengungsi PBB, mengatakan, dia telah melihat bencana kemanusiaan dengan proporsi tak terkatakan di Afrika Tengah. "Pembersihan masif etno-religius," sebut dia. Guterres menyebutkan pembunuhan tanpa pandang bulu dan pembantaian telah terjadi, dengan kebiadaban dan kebrutalan yang mengejutkan.

"Sangat menyedihkan bahwa hampir setengah juta orang Afrika Tengah telantar, sejak Desember 2013 saja. Total (sejak konflik terjadi), ada 2,5 juta orang," kata Guterres. Puluhan ribu orang, ujar dia, mengungsi dari kampungnya tetapi kemudian terjebak tanpa tujuan. Di Bangui saja, kata dia, ribuan orang berada di dalam ghetto dengan kondisi memprihatinkan.

Halaman:
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com