Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India, Pengemudi dan Mobil Penyok

Kompas.com - 11/02/2014, 18:06 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

NEW DELHI, KOMPAS.com — Perjalanan menuju kota Agra, rumah peninggalan bersejarah Taj Mahal, dari ibu kota New Delhi, berjalan cukup mulus. Mobil sedan Tata Manza yang ditumpangi Kompas.com melaju kencang di jalan tol Yamuna Express Highway sepanjang 185 kilometer yang lebar dan lengang.

Di bawah cuaca bersahabat dengan suhu sekitar 20 derajat celsius perjalanan yang memakan waktu sekitar tiga jam itu cukup menyenangkan. Namun, situasi berubah ketika mobil kami keluar jalan tol dan mulai memasuki  jalan-jalan sempit dan padat di kota Agra, negara bagian Uttar Pradesh, India.

Mohan, pengemudi taksi yang kami tumpangi, mengemudikan mobilnya dengan kencang meliuk-liuk di jalanan kota. Bagi kami para penumpang yang berasal dari Indonesia, cara mengemudi Mohan masuk katagori sangat mengerikan. Dia seakan tidak mengenal rem saat memacu mobilnya di jalanan kota kuno Agra.

Di dekat sebuah pasar, Mohan tiba-tiba membanting mobilnya ke kiri untuk menghindari sebuah mobil lain di depannya yang mendadak mengurangi kecepatan. Di saat bersamaan sebuah mobil sedan putih meluncur dari sebuah gang, tepat di sebelah kiri mobil yang kami tumpangi.

Saat benturan nyaris terjadi, dengan cekatan, Mohan membanting kemudi ke arah kanan dan tabrakan terhindarkan hanya dalam hitungan sentimeter.

Ketegangan belum usai, karena di depan mobil kami melintas seekor sapi bertubuh besar. Demi menghindari tabrakan dengan hewan suci itu, Mohan kembali membanting kemudi ke kiri dan tragedi menabrak seekor sapi dapat dihindari. Hanya dalam waktu kurang dari tiga menit, kami hampir menabrak dua buah mobil dan seekor sapi.

Kepadatan penduduk

Gaya mengemudi yang terkesan “ugal-ugalan” ternyata tak hanya milik Mohan si pengemudi taksi. Hampir semua pengemudi mobil di New Delhi dan India memiliki gaya yang nyaris serupa. Tak heran, jika senggolan antar mobil kerap terjadi di India. Mengapa gaya akrobatik jalan raya ini merajai jalanan India?

Direktur Pemasaran PT Tata Motors Indonesia, Pankaj Jain mengatakan gaya mengemudi seperti itu, tak lepas dari terus meningkatnya penduduk India, terutama di kota-kota besar seperti New Delhi. India saat ini memiliki penduduk tak kurang dari 1,2 miliar jiwa, dan New Delhi  sendiri disesaki tak kurang dari 19 juta manusia.

“Penduduk yang banyak ini tentu membutuhkan pekerjaan. Nah salah satu pekerjaan yang paling mudah dilakukan adalah mengemudikan mobil,” kata Pankaj.

Seperti di negara manapun di dunia, mengemudikan mobil di India membutuhkan surat izin mengemudi (SIM).  Dan, pemerintah India memberlakukan proses yang tak mudah bagi seseorang untuk mendapatkan SIM.  Tujuannya, agar semua pemegang SIM adalah mereka yang benar-benar bisa bertanggung jawab di jalan raya.

“Untuk mendapatkan SIM, seseorang biasanya memperoleh SIM sementara dulu. Dengan SIM sementara ini mereka harus pergi ke tempat kursus mengemudi untuk mendapatkan ijazah bisa mengemudi. Setelah mendapatkan ijazah itu barulah mereka kemudian bisa menukarnya dengan SIM sesungguhnya,” ujar Pankaj.

Sayangnya, banyak oknum yang kemudian memanfaatkan situasi banyaknya warga yang membutuhkan SIM. Banyak sekolah mengemudi yang kemudian menerbitkan ijazah lolos belajar menyetir bagi siapapun yang memberikan sejumlah uang. “Dengan kondisi itu, tak heran banyak pengemudi di jalanan yang mengendarai mobilnya ugal-ugalan,” tambah Pankaj.

Klaim asuransi rumit

Akibat lainnya dari gaya mengemudi ala India ini adalah banyak terjadi kecelakaan di jalan raya. Sebagian besar adalah kecelakaan ringan yang menyebabkan kerusakan berupa penyok-penyok di badan mobil. Dan dari pengamatan Kompas.com sebagian besar mobil di New Delhi memiliki sedikitnya satu buah bekas benturan.

Anehnya, warga India nampaknya tidak peduli dengan kerusakan yang terjadi pada mobil mereka.  Penyebabnya, adalah sistem klaim asuransi yang rumit di India. “Asuransi kendaraan bermotor adalah kewajiban di India. Tapi prosedur klaimnya rumit dan memakan waktu tak seperti di Indonesia,” papar Pankaj.

Jika terjadi kecelakaan, lanjut Pankaj, pemilik kendaraan harus memotret kerusakan mobil mereka sendiri, lalu mengajukan klaim dan berbagai prosedur lainnya yang semua harus dilakukan sendiri.

“Dan kebanyakan warga India, tak memiliki banyak waktu untuk mengurus asuransi dengan prosedur yang panjang seperti itu. Akibatnya jika kerusakan mobil tak terlalu parah, biasanya mereka yang terlibat tabrakan langsung menyelesaikan masalah itu di antara mereka,” kata Pankaj.

Meski risiko tabrakan atau minimal bersenggolan terus mengintai, Mohan tetap menginjak pedal gas dalam-dalam kala membawa kami kembali dari Agra menuju New Delhi. Dan, ketegangan berkendara di India kembali kami rasakan, dan seperti biasa Mohan dengan lincah meliukkan mobilnya di kepadatan lalu lintas New Delhi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com