Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sekolah Islam di Australia

Kompas.com - 10/02/2014, 19:37 WIB

MELBOURNE, KOMPAS.com - Sekolah Islam umum dijumpai di Indonesia, tapi bagaimana dengan di Australia?

Seiring dengan bertambahnya jumlah warga muslim di Australia, sekolah-sekolah Islam di negeri itu juga terus bermunculan. Bahkan faktanya sekolah-sekolah Islam di Australia sudah mulai didirikan sejak tahun 1970-an.

Menurut data Dewan Pendidikan Islam di Sekolah Australia atau Australian Islamic Education in Schools menyebut saat ini terdapat lebih dari 30 sekolah Islam di seluruh Australia.

Salah satu negarabagian yang cukup cepat tingkat perkembangan sekolah Islamnya di  Australia adalah kawasan New South Wales (NSW).

Data menyebutkan jumlah sekolah Islam di NSW telah meningkat tiga kali lipat dalam kurun waktu 15 tahun terakhir menjadi 22 buah. Dan begitu juga populasi siswa sekolah Islam juga naik hampir 200 persen menjadi lebih dari 10-ribu siswa.

Lalu seperti apa sekolah muslim di Australia? 

Salah seorang peserta program pertukaran pemuda Indonesia-Australia (AIYEP) asal Sumatera Barat, Rahma Eka Saputri, berkesempatan magang menjadi guru di salah satu sekolah Islam Emity Collage di daerah Kiama, sekitar 120 kilometer sebelah selatan kota Sydney, NSW.

Menurut Rahma Sekolah Islam di Australia sangat berbeda dengan sekolah Islam di Indonesia.

"Kondisi sekolah muslim di Kiama berbeda dengan sekolah, katakanlah, pesantren di Indonesia, mereka semuanya muslim, tapi guru-gurunya tidak semuanya muslim, anak-anak muridnya juga tidak semuanya berjilbab," katanya.

"Tapi di sana diajarkan nilai-nilai beragama seperti rukun, nilai-nilai moral semuanya diajarkan. Mereka sangat menghargai orang-orang yang datang ke sana. Terutama guru-gurunya, mereka sangat senang kalau ada muslim lain yang mengunjungi tempat mereka, begitu juga saya," tambahnya.

Rahma bekerja sebagai guru pembantu di Emity Collage selama satu bulan. Gadis Minang berkerudung ini, besar di lingkungan pesantren di Sumatera Barat, namun perbedaan sistem sekolah yang dilihat di sekolah-sekolah Islam di Australia sangat menginspirasinya.

Rahma mengaku kagum dengan sistem sekolah Islam di Australia yang bersifat terbuka bagi murid mau pun pengajar non-muslim.

"Tidak semuanya muslim, 70 persen muslim, 20 persen lagi, tidak. Cuma murid-muridnya saja yang seluruhnya muslim, tapi guru-gurunya tidak semuanya muslim," ujar Rahma.

Mereka tetap belajar ilmu agama dari guru-guru muslim, sementara guru-guru non-muslim mencoba mentransfer nilai-nilai Australia kepada anak-anak. Seperti kedisiplinan, bagaimana harus mandiri.

Di sisi lain anak-anak juga menerima semua pelajaran itu sebagai sebuah kebaikan, yang bermanfaat bagi mereka nantinya.

"Karena anak-anak harus menyadari kalau kita tidak hidup hanya dengan satu agama di dunia ini, tapi kita hidup berdampingan dengan mereka yang berlainan agama dan anak-anak harus menghargai sebagai sebuah keberagaman," katanya.

Tidak hanya murid dan guru, terkadang sekolah Islam di Australia juga dipimpin kepala sekolah yang tidak beragama Islam alias non-muslim.

Sistem keterbukaan yang diterapkan sekolah islam di Australia ini bertujuan untuk menjaga agar lembaga pendidikan mana pun di Australia mampu menjadi wadah menumbuhkembangkan penghargaan atas keragaman budaya dan keyakinan di masyarakat.

Lingkungan sekolah yang bersifat pluralistik, menurut Rahma sangat efektif menumbuhkan rasa toleransi di kalangan murid-murid di sekolah islam yang didatanginya. Sementara dampak dari pengajaran sikap toleran dan menghormati beragam kepercayaan di sekolah-sekolah di Australia dirasakan sendiri oleh Rahma.

Sebagai seorang muslim Rahma mengaku pada awalnya cukup khawatir ketika hendak berkunjung ke Australia. Maklum saja muslim masih menjadi kelompok minoritas di Australia yaitu hanya sekitar 2 persen saja dibandingkan total penduduk Australia.

Sikap toleran yang ditunjukan warga Australia, yang dijumpai di Kiama, Sydney, langsung mengubah stereotype Rahma mengenai Islam di Australia.

Dan tampaknya tidak hanya Rahma yang bisa mendapat pengalaman lebih baik mengenai kehidupan muslim dan toleransi di masyarakat Australia. Sebaliknya menurut Rahma, program pertukaran pemuda Indonesia-Australia atau AIYEP yang diikutinya juga memberi kesempatan untuk menjelaskan kepada warga Australia mengenai seperti apa Islam dan muslim di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com