Kecaman itu muncul dalam sebuah editorial kantor berita resmi Korut, KCNA, menyusul komentar koran Rondong Sinmun, koran milik partai berkuasa bulan lalu, yang menggambarkan Abe sebagai seorang "maniak militeristik" karena berusaha mengubah konstitusi pasifis Tokyo.
Abe mengatakan, bulan lalu, bahwa konstitusi pasifis Jepang pasca-Perang Dunia II, yang membatasi militernya hanya untuk pertahanan diri, dapat diubah pada tahun 2020.
Editorial KCNA yang berjudul "Apakah Ini merupakan Kemuncul Hitler Asia?" mengatakan, Perdana Menteri Jepang itu memantik kekhawatiran akan rudal dan ancaman nuklir Korea Utara demi membenarkan ekspansi militer negaranya. "Kelompok ultra sayap kanan yang dipimpin Abe... mencoba mengalihkan fokus kritik internasional dari Jepang ke tempat lain," tambah editorial itu.
"Tidak ada perbedaan antara Hitler yang fasis, yang mengobarkan pertempuran melawan komunis demi membenarkan perang lain, dengan Abe yang sembrono yang menggunakan konfrontasi dengan Korea Utara untuk membenarkan ambisi baru kaum militeristik Jepang," tambah editorial itu.
Korea Utara berulang kali mengecam Jepang terkait pendudukan Jepang tahun 1910-1945 atas Semenanjung Korea dan untuk klaim Jepang terhadap wilayah kepulauan Korea.
Sebelumnya, Korea Utara juga melontarkan kecaman terkait kunjungan Abe pada Desember lalu ke kuil perang Yasukuni yang menghormati korban perang Jepang, termasuk sejumlah pejabat tingkat tinggi yang dieksekusi karena kejahatan perang setelah Perang Dunia II. Kunjungan itu secara luas dikecam negara tetangga, yaitu Korea Selatan dan China, sebagai sebuah tamparan di wajah para korban agresi Jepang.
"Perilaku sembrono terbaru telah membawa wilayah ini ingat akan Hitler, yang bekerja sangat keras untuk mendorong perang pasca-Perang Dunia I," kata KCNA, yang mendesak Abe "bangun" dari "demam militeristiknya".
Program nuklir dan rudal Korea Utara merupakan masalah lama bagi keamanan Jepang, yang merupakan anggota perundingan enam negara yang macet terkait ambisi nuklir Pyongyang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.