Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Kampus Berbahasa Inggris di Korea Utara

Kompas.com - 03/02/2014, 15:11 WIB

PYONGYANG, KOMPAS.com — Sebuah universitas yang dibiayai oleh Barat berusaha membuka cakrawala calon-calon pemimpin masa depan Korea Utara. Program Panorama BBC mendapat akses eksklusif ke kampus tersebut.

Saat memasuki Universitas Sains dan Teknologi Pyongyang, jelas bahwa ini bukan institusi akademi biasa.

Seorang pengawal militer memberi hormat ketika kendaraan yang ditumpangi Chris Rogers dan Marshal Corwin dari BBC saat melewati pos pemeriksaan keamanan.

Di dalam kampus, mereka mendengar suara orang berbaris dan menyanyi, tidak ada pengawal. Hanya mahasiswa.

Mereka adalah anak-anak lelaki dari orang-orang paling berkuasa di Korea Utara, termasuk tokoh-tokoh militer senior.

"Komandan tertinggi kami adalah Kim Jong Un, kami akan membelanya dengan jiwa kami," demikian nyanyian para mahasiswa saat bergegas ke ruang sarapan.

"Patriotisme adalah tradisi," kata seorang mahasiswa berusia 20 tahun. "Lagu-lagu yang kami nyanyikan saat baris-berbaris adalah ucapan terima kasih kami kepada Pemimpin Besar."

Menyukai orang Amerika

Terdapat 500 orang mahasiswa di kampus itu, semuanya mengenakan setelan berwarna hitam, kemeja putih, dasi merah, dan topi hitam dengan koper. Mereka semua dipilih oleh rezim Kim Jong Un untuk menerima pendidikan Barat.

Tujuan universitas itu adalah memberikan mereka keahlian untuk membantu modernisasi negara miskin itu dan terlibat dengan komunitas internasional. Semua pelajaran di kelas disampaikan dalam bahasa Inggris dan banyak pengajar berkebangsaan Amerika.

Hal ini sangat luar biasa karena Korea Utara selama puluhan tahun menutup diri dari dunia dan AS adalah musuh mereka. Para mahasiswa menjelaskan mereka kini menyambut hangat orang Amerika, dan bukan pemerintah Amerika.

"Pastinya kami awalnya gugup, tapi kini kami percaya bahwa orang Amerika berbeda dari Amerika Serikat," kata seorang mahasiswa. "Kami ingin berhubungan baik dengan semua negara," tambahnya.

Pendiri dan presiden universitas adalah Dr James Chin Kyung Kim. Pengusaha Korea-Amerika yang juga seorang pemeluk Kristen taat itu diundang rezim Korut untuk membangun universitas itu berdasarkan sekolah serupa yang ia bangun di China utara. Ia mengumpulkan dana 20 poundsterling atau hampir Rp 400 miliar dari badan-badan amal Amerika dan Korea Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com