Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Milisi Asing Dituduh Picu Kerusuhan di Myanmar

Kompas.com - 27/01/2014, 09:47 WIB
YANGON, KOMPAS.COM - Pemerintah Myanmar menuduh kelompok militan asal Banglades memicu kerusuhan sektarian yang kembali pecah di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, pertengahan Januari lalu. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, korban tewas akibat kerusuhan itu 48 orang.

Tuduhan itu muncul dari Pemerintah Myanmar setelah sebelumnya menolak keras untuk mengakui peristiwa berdarah di Desa Du Chee Yar Tan pada 13 Januari lalu. Klaim itu dilontarkan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Myanmar dalam situs resminya, seperti dikutip situs surat kabar Los Angeles Times, Sabtu (25/1).

”Para penyerang termasuk mereka yang pernah ikut dalam pelatihan bersenjata yang digelar oleh kelompok bernama Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO),” tulis Kemlu Myanmar.

Kemlu Myanmar lebih lanjut menyebut para anggota milisi menyusup melewati perbatasan kedua negara.

Mereka juga dikatakan terlibat dan bertanggung jawab atas hilangnya seorang polisi pada 13 Januari lalu, yang diyakini telah tewas.

Nama RSO pernah disebut sejumlah analis dan diduga beroperasi di sekitar perbatasan Banglades-Myanmar. Namun, keterlibatannya dalam kerusuhan berdarah kali ini sangat diragukan.

Mengutip surat kabar Los Angeles Times, politisi Rohingya yang berbasis di kota Yangon, Myo Thant, mempertanyakan tuduhan Kemlu Myanmar tersebut karena tak diikuti bukti-bukti kuat. ”Apalagi pengamanan kawasan perbatasan Myanmar-Banglades oleh aparat Myanmar sangat ketat. Tak mungkin para anggota milisi bisa masuk tanpa diketahui,” ujar Myo.

Myo menambahkan, Pemerintah Banglades juga berkomitmen menjaga hubungan baik dengan negara tetangga. Tidak mungkin mereka membiarkan begitu saja kelompok milisi asal Banglades menyeberang ke Myanmar. Ia menilai, klaim Kemlu Myanmar itu hanya bertujuan memfitnah etnis minoritas Rohingya sekaligus mengalihkan perhatian.

Tekanan internasional

Pemerintah Myanmar kembali mendapat tekanan dari dunia internasional, termasuk dari Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Navi Pillay. Selain menyebut dugaan korban tewas yang mencapai 48 orang, kebanyakan anak-anak dan perempuan, Pillay juga mendesak Pemerintah Myanmar menyelidiki kerusuhan terbaru tersebut.

Jatuhnya korban juga diakui organisasi kemanusiaan Dokter Lintas Batas (MSF), yang menyatakan telah merawat sedikitnya 22 orang korban luka, baik akibat pukulan, tusukan, maupun tembakan. Mereka diduga keras berada di Desa Du Chee Yar Tan pada 13 Januari lalu.

Myo mengatakan, Partai Demokrasi dan Hak Asasi Manusia yang dipimpinnya telah berbicara lewat telepon dengan warga Rohingya yang berhasil menyelamatkan diri. ”Ada kemungkinan jumlah korban tewas bisa mencapai lebih dari 50 orang,” katanya.

Otoritas Myanmar melarang dan membatasi akses media menuju kawasan Rakhine. Mereka juga membatasi akses organisasi kemanusiaan untuk masuk ke wilayah itu. Akibatnya, sangat sulit mengonfirmasi insiden ini dan jumlah korban sebenarnya.

Dalam berita utama, surat kabar corong Pemerintah Myanmar, The New Light of Myanmar, menulis bahwa berita tentang kematian perempuan dan anak-anak etnis Rohingya di Desa Du Chee Yar Tan sebagai laporan palsu sejumlah kantor berita asing.

Menurut surat kabar itu, warga di desa tersebut justru mengatakan kepada para perwakilan PBB yang datang pada 22 Januari lalu bahwa tidak ditemukan adanya pembunuhan. (REUTERS/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com