Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ormas Islam di Australia Kecewa Sering Dicurigai

Kompas.com - 21/01/2014, 13:42 WIB
Sebuah organisasi Islami bernama Ummah United di Brisbane, Australia, mengaku mencoba mengajak anak-anak muda menjalani hidup positif, jauh dari narkotika, kriminalitas, dan juga terorisme. Namun, mereka juga dicurigai karena beberapa orang yang dikenal dekat dengan Ummah United diberitakan membuat onar, bahkan ikut berperang di Suriah.

Tayyab Khan, salah seorang yang sering berpartisipasi dengan Ummah United, mengaku pertama kali menyukai organisasi tersebut karena tampilannya yang tangguh, bahkan terlihat seperti sebuah geng.

Anggota Ummah United seringkali terlihat memakai baju berwarna hitam dihiasi emblem berlambang pedang. Namun, menurut organisasi ini, tampilan itu sebenarnya hanyalah taktik untuk menarik anak muda.

Menurut Khan, Ummah United kemudian justru mendorongnya menjauhi kehidupan keras ala anggota geng yang sebelumnya ia jalani.

Ia kini berkumpul dengan teman-teman dari Ummah United seperti halnya teman-teman lainnya, namun dalam lingkungan yang lebih 'bersih', ceritanya di sela mengudap penganan dan berbincang-bincang di sebuah kafe Lebanon.

"Kita bicara tentang agama, hal-hal baik, topik yang berbeda...Sebelumnya, saya juga akan melakukan hal yang sama dengan teman-teman, namun itu akan berbuntut ke hal buruk bagi kami," ucapnya.

Sedangkan Robbie, yang sempat kecanduan obat-obatan terlarang dan melanggar hukum, mengaku bahwa Ummah United dan masuk Islam mencegahnya terlibat masalah lagi.

"Untuk menjauhi gaya hidup macam itu, saya harus masuk ke lingkungan yang bersih. Islam adalah lingkungan yang bersih," ucapnya.

Ummah United didirikan tahun 2012 oleh Mirways Sayed, seorang pengungsi dari Afganistan. Ia pun dahulu sempat terlibat berbagai masalah. Ia awalnya ingin mendirikan sentra komunitas yang terbuka bagi baik Muslim dan non-Muslim agar menjauhi obat-obatan terlarang, kekerasan, dan agar mereka menjadi "orang yang lebih baik."

Namun, Ummah United kerap mendapat pandangan negatif. Tampilan mirip anggota geng, meskipun memang hanya sebagai taktik untuk menarik kaum muda, bisa disalahartikan. Begitu pula sikap organisasi yang menerima siapapun.

David Toalei, seorang laki-laki yang dikaitkan dengan geng Bandidos, dahulu merupakan anggota Ummah United. Bulan Juni lalu, ia harus berurusan dengan polisi karena mengamuk di Gold Coast.

Bulan September lalu, timbul pemberitaan bahwa saudara-saudara seorang warga Brisbane yang dicurigai terlibat bom bunuh diri di Suriah sempat menghadiri acara-acara Ummah United.

Sayed mengaku sentra komunitas ini telah berkali-kali dikunjungi polisi dan badan intelijen Australia, ASIO. Namun, menurutnya, tidak ditemukan bukti bahwa organisasi tersebut melakukan kesalahan.

Beberapa pemuda pun mengeluh bahwa rumah mereka sering dikunjungi ASIO tanpa pemberitahuan.

Sayed mengaku khawatir bahwa tekanan-tekanan dari ASIO ini akan membuat para pemuda enggan kembali ke Ummah United.

Imam Uzair Akbar, dari masjid Holland Park, yang terletak dekat Ummah United, mengatakan bahwa Ummah United bisa menjembatani antara arus utama dan arus radikal, meskipun peran tersebut terbilang lemah.

Akbar telah ditunjuk sebagai penasihat spiritual Ummah United. Tiap minggu, khotbahnya ditujukan pada pemuda yang mungkin tergoda melakukan kekerasan atas nama jihad.

Ia tahu bahwa ada anak muda "yang amat terganggu dengan apa yang terjadi di Timur Tengah" dan ia berusaha melawan radikalisasi yang terjadi lewat internet. Sebelumnya, telah disetujui bahwa sentra tersebut tidak akan dilengkapi komputer.

Bila Ummah United memang bisa melawan radikalisasi dan menjadi 'jembatan', maka memutus hubungan organisasi tersebut dengan arus bawah tanah justru bisa berakibat kontraproduktif bagi pemerintah, karena Ummah sebenarnya bisa berperan sebagai sumber informasi, ucap Akbar.

"Kalau ada yang berniat merusak jalinan indah di negara ini, kami akan menjadi yang pertama mengumumkan itu. Kami tak akan menyembunyikannya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com