Kalashnikov, yang meninggal dunia Desember lalu pada usia 94 tahun, pada April tahun lalu menulis sebuah surat panjang penuh emosi kepada Patriach Kirill, pemimpin Gereja Ortodoks Rusia. Demikian harian pro-Kremlin Izvestia mengabarkan, Senin (13/1/2014).
"Rasa sakit dalam jiwa saya tak tertahankan. Saya terus mencari jawaban untuk satu pertanyaan: jika senjata ciptaan saya mencabut nyawa seseorang, apakah saya berdosa atas kematian orang itu, bahkan jika orang itu adalah musuh?" ujar Kalashnikov dalam suratnya.
Surat yang diketik di atas kertas surat pribadi Kalashnikov tersebut ditandangani langsung pria yang menyebut dirinya adalah "budak" Tuhan itu.
Sekretaris pers Patriakh Kirill, Alexander Volkov, mengatakan, Gereja Ortodoks Rusia memang telah menerima surat dari Kalashnikov itu dan sudah membalasnya secara pribadi.
"Gereja memiliki posisi yang pasti: saat senjata digunakan untuk membela tanah air, maka Gereja mendukung baik pembuat maupun serdadu yang menggunakan senjata itu," ujar Volkov.
"Dia (Kalashnikov) membuat senjata itu untuk mempertahankan negara ini dari musuh, bukan untuk digunakan teroris," tambah Volkov.
Kalashnikov, yang pemakamannya dihadiri Presiden Vladimir Putin, menciptakan sebuah senapan serbu yang sederhana dan terbukti tangguh saat digunakan Tentara Merah dalam Perang Dunia II.
Kini, AK-47 merupakan senjata serbu yang paling banyak diproduksi di dunia secara legal maupun ilegal. Bahkan kini AK-47 menjadi salah satu senjata yang banyak digunakan kelompok pemberontak hingga teroris.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.