Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/01/2014, 15:50 WIB
|
EditorJosephus Primus
KOMPAS.com -  Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengingatkan agar pengelolaan bisnis pertambangan Myanmar dan Indonesia harus lebih baik untuk bisa bersaing di Pasar Bebas ASEAN 2015. Catatan itu mengemuka dalam hasil riset OECD bertajuk Economic Outlook for Sutheast Asia, China, and India. Hasil riset itu dirilis di Bali pada Desember silam. Lembaga itu mengatakan kedua negara harus mampu mengembangkan industri pertambangan berikut hasil olahannya untuk mampu berperan lebih banyak di kawasan regional.


Sementara itu, catatan menunjukkan kalau pada 12 Januari 2014, pemerintah Indonesia bakal memberlakukan Undang-undang (UU) Nomor 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba). Poin penting dalam beleid itu adalah pelarangan ekspor mineral mentah.

Sudah barang tentu, peraturan ini menuai pro dan kontra. khususnya dari pihak-pihak berkepentingan. Dari pihak pelaku usaha, sebagaimana yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), kebijakan ini terbilang terburu-buru. Sebagaimana pernyataan Ketua Umum BPP Hipmi Raja Sapta Oktohari ada dampak yang menimpa pengusaha pertambangan, khususnya yang bernaung dalam organisasi tersebut.

Menurutnya, belum ada alternatif bagi pengusaha di daerah dengan kebijakan ini. Pelarangan ekspor akan membawa ancaman gulung tikar dan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan sektor pertambangan.

Maka dari itulah, imbuh Raja Sapta, pihaknya mengusulkan agar kebijakan pelarangan itu berlangsung bertahap dan simultan antara pemerintah dan swasta. Menurutnya, tantangan yang paling dekat adalah soal pembangunan smelter atau pabrik pengolahan mineral mentah menjadi bahan setengah jadi. "Pemerintah harus ikut memikirkan pembangunan smelter karena smelter investasinya tinggi," katanya.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com