Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mandela Pernah Dipaksa Menolak Hadiah Nobel Perdamaian

Kompas.com - 09/12/2013, 22:44 WIB
JOHANNESBURG, KOMPAS.com — Dua dekade lalu di Oslo, Norwegia, Nelson Mandela dan presiden apartheid terakhir Afrika Selatan, FW de Klerk, berdiri berdampingan menerima hadiah Nobel Perdamaian.

Namun, siapa sangka sebuah momen yang melambangkan rekonsiliasi Afrika Selatan pada 10 Desember 1993 itu nyaris tak pernah terjadi. Pasalnya, banyak pendukung Mandela yang tak rela tokoh panutannya berdiri berdampingan dengan orang yang pernah memenjarakan dia selama 27 tahun.

"Saat telepon berdering pada 15 Oktober 1993, dengan keputusan panitia hadiah Nobel, reaksinya saat itu sangat keras dan sebagian dari kami ragu untuk mendukung penghargaan bersama De Klerk," kata salah seorang tokoh Kongres Nasional Afrika (ANC), Tokyo Sexwale.

"Sebagian dari kami tidak rela. Kami tak sudi melihat Nelson Mandela, seorang ikon, menerima Nobel dengan orang yang menindasnya," ujar Sexwale.

Situasi saat itu memang sulit di Afrika Selatan. Pada saat pembicaraan dengan pemerintahan apartheid De Klerk sudah mendapat banyak kemajuan, tetapi kekerasan di jalanan terus berlangsung.

Meski pemilihan semua ras yang pertama di Afrika Selatan akan digelar pada 1994, bentrokan antara pendukung ANC dan Partai Inkatha yang dimotori etnis Zulu terus terjadi dan mengakibatkan korban jiwa.

Pada saat yang sama, banyak tokoh ANC yang tewas dibunuh aparat keamanan pemerintah apartheid. "Kami sangat menderita. Banyak anggota keluarga kami yang tewas, teman yang dibunuh. Kami menyaksikan sendiri apartheid meledakkan kantor kami," kenang Sexwale.

"Dengan kondisi seperti itu, bagaimana bisa kami melakukan rekonsiliasi dengan mereka?" tanya Sexwale.

Mandela bersikukuh

Namun, lanjut Sexwale, Mandela sendiri yang bersikukuh dan terus berupaya meyakinkan rekan-rekannya bahwa jalan yang dipilihnya adalah jalan yang benar.

"Rekonsiliasi memang bukan hal yang mudah. Jadi kami harus menunjukkan bahwa kami bisa merangkul De Klerk," tambah Sexwale.

"Penghargaan Nobel ini akan digunakan Mandela sebagai alat untuk menunjukkan contoh kebijakan dialog dan kepemimpinannya," kenang Sexwale.

Sementara itu, reaksi dari kantor De Klerk terkait hadiah Nobel Perdamaian jauh berbeda.
"Saya menghubungi kantor dan menyatakan saya punya berita bagus dari Oslo. Dia (De Klerk) sangat senang," kata mantan ajudan De Klerk, Dave Steward.

Meski dicemooh warga Norwegia, De Klerk dan Mandela tampil di balkon hotel untuk menyambut kerumunan warga pada 10 Desember 1993.

Dalam pidatonya di Oslo, De Klerk menekankan adanya "perubahan sikap" dari kedua belah pihak. Sementara Mandela memuji adanya kesamaan manusiawi yang mengikat warga kulit hitam dan putih ke dalam satu ras manusia.

Mandela juga memuji De Klerk yang berani mengakui telah melakukan kesalahan besar untuk bangsa Afrika Selatan lewat peminggiran sebagian warga akibat kebijakan apartheid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com