Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arab Saudi Pun Dekati Rusia

Kompas.com - 09/12/2013, 08:51 WIB
KAIRO, KOMPAS.COM - Arab Saudi mulai mengikuti jejak Mesir dengan ikut mendekati Rusia. Hal ini sebagai bentuk kekecewaan mereka terhadap kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah belakangan ini.

Harian berbahasa Arab Al Quds al-Arabi edisi Sabtu (7/12) memberitakan, Kepala Intelijen Militer Arab Saudi Pangeran Bandar bin Sultan secara resmi meminta kepada Presiden Rusia Vladimir Putin membantu Arab Saudi untuk membangun reaktor nuklir dengan tujuan damai. Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo.

Pangeran Bandar pekan lalu mengunjungi Moskwa selama dua hari untuk menemui Putin. Kunjungan Bandar ke Moskwa itu adalah kunjungan pejabat tertinggi Arab Saudi ke Rusia dalam beberapa tahun terakhir ini.

Pangeran Bandar, mantan Duta Besar Arab Saudi untuk AS, kini menjadi salah satu dari dua figur yang berada di balik kebijakan luar negeri Arab Saudi, bersama Menteri Luar Negeri Pangeran Suud al-Faisal. Keputusan Bandar meminta bantuan Rusia membangun reaktor nuklir ini muncul setelah Arab Saudi menyampaikan kekecewaannya kepada AS setelah tercapainya kesepakatan Geneva tentang isu program nuklir Iran, akhir November.

Arab Saudi membaca kesepakatan Geneva itu sebagai persetujuan AS atas kelanjutan program nuklir Iran asalkan benar-benar untuk tujuan damai.

Selain itu, Arab Saudi yang selama ini dikenal sebagai sekutu terdekat AS di Timur Tengah juga kecewa kebijakan AS di Timur Tengah. AS dinilai cenderung mendukung Ikhwanul Muslimin di Mesir serta kesepakatan AS-Rusia soal pemusnahan senjata kimia Suriah pada akhir September lalu.

Tak punya pilihan

Arab Saudi yang merupakan saingan utama Iran di kawasan Teluk Persia merasa tidak memiliki pilihan lain, kecuali juga harus memiliki program nuklir untuk tujuan damai. Bahkan, Arab Saudi kini meyakini semua negara Arab Teluk juga punya hak memiliki program nuklir untuk tujuan damai.

Pangeran Bandar dalam wawancara dengan harian Inggris, The Times, pekan lalu, menegaskan, semua opsi terbuka bagi Arab Saudi. Pilihan itu termasuk memiliki senjata nuklir, terutama jika Iran bisa memiliki senjata nuklir. Arab Saudi dan negara Arab Teluk lain sejak enam tahun lalu menyetujui secara prinsip untuk memiliki program nuklir yang bertujuan damai.

Arab Saudi saat itu meminta organisasi lembaga negara Arab Teluk (GCC) mulai mengkaji kemungkinan negara Arab Teluk memiliki program nuklir untuk tujuan damai. Uni Emirat Arab sempat pula menjajaki mencapai kesepakatan dengan Perancis untuk membangun reaktor nuklir di Uni Emirat Arab.

Selain meminta Rusia membangun reaktor nuklir, Pangeran Bandar dan Presiden Putin juga membahas Konferensi Geneva II tentang Suriah. Konferensi perdamaian ini akan digelar pada 22 Januari.

Arab Saudi kini mulai merasakan kerugian secara politik terkait isu Suriah dan program nuklir Iran. Sebaliknya, Iran dilihat telah meraih kemenangan politis dengan tercapainya kesepakatan pemusnahan senjata kimia Suriah yang membuat batalnya rencana serangan militer AS ke Suriah, dan tercapainya kesepakatan Geneva tentang isu program nuklir Iran.

Menurut harian Al Quds al-Arabi, bagi Arab Saudi, kini tidak ada pilihan lain kecuali
harus mencapai kesepahaman dengan Rusia agar tidak mengalami kerugian lebih besar lagi dalam Konferensi Geneva II nanti.

Harian tersebut mengungkapkan, Suriah dan Iran mulai khawatir bahwa pada kunjungan Bandar ke Moskwa pekan lalu terjadi transaksi rahasia Rusia-Arab Saudi, yang mengkhianati Suriah dan Iran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com