Sementara itu, secara global setidaknya 70 persen negara di dunia dianggap memiliki "masalah serius" dengan korupsi. Tahun ini tak satu pun dari 170 negara dunia yang mendapatkan nilai sempurna.
"Korupsi sangat merugikan warga miskin," kata peneliti Finn Heinrich.
"Itulah yang Anda lihat di negera-negada terbawah dalam daftar ini. Negara-negara itu tak akan bisa keluar dari kemiskinan jika mereka tidak memberantas korupsi," tambah Heinrich.
Negara-negara yang banyak "tergelincir" dalam Indeks Persepsi Korupsi ini misalnya Suriah, Libya, dan Mali. Ketiga negara ini memiliki kesamaan, yaitu dikoyak perang.
Sementara itu, soal Afganistan, yang tahun depan akan menghadapi pemilu dan penarikan mundur pasukan NATO, dianggap Transparansi sebagai sebuah kisah kegagalan.
"Barat tak hanya berinvestasi dalam hal keamanan, tetapi juga berusaha untuk menegakkan hukum," ujar Heinrich.
"Namun, terdapat sejumlah survei dalam beberapa tahun terakhir yang menunjukkan jumlah orang memberi suap di Afganistan tetap tinggi," sambung dia.
Negara yang juga menempati peringkat terburuk soal suap-menyuap adalah Korea Utara. Para pembelot yang melaporkan kelaparan menambah buruk budaya korupsi negeri itu.
"Sebab, Anda harus kenal seseorang yang korup di dalam partai untuk bisa hidup layak," papar Heinrich.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.