Selain pengembangan, keamanan nuklir pun membutuhkan peran banyak pihak. Inspirasi itulah yang mengemuka dalam diskusi yang dihelat Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (Bapeten) pada Sabtu pekan lalu. Menurut Kepala Bapeten As Natio Lasman, sejatinya, teknologi nuklir sudah banyak digunakan untuk berbagai kepentingan. "Meskipun masyarakat Indonesia masih menganggap tabu," katanya.
Catatan menunjukkan, industri kesehatan sudah menggunakan nuklir radiologi. "Hal ini menunjukkan kalau teknologi nuklir aman," katanya.
Untuk sampai pada penggunaan teknologi nuklir yang aman, aku As Natio Lasman, pengawasan menjadi hal paling penting. "Pengawasan ketat membuat nuklir aman digunakan," katanya.
Berbagai bidang
Kemudian, dalam diskusi itu, Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Bapeten, Suharyanta, mengatakan, selain di bidang kesehatan, teknologi nuklir pun bermanfaat untuk bidang pengeboran minyak.
Hal penting adalah penggunaan teknologi nuklir untuk deteksi mumpuni dan mutakhir, utamanya terkait arus barang impor di pelabuhan maupun bandar udara (bandara). "Dengan alat deteksi nuklir, pengawas seperti Bea Cukai bisa mendeteksi ada tidaknya zat radioaktif di dalam kontainer tanpa harus membuka kontainer tersebut," tutur Suharyanta.
Karena kebutuhan untuk deteksi dini menjadi hal penting, menurut Suharyanta, kerja sama antara regulator, yakni Kementerian Perhubungan dengan operator, yakni pengelola pelabuhan dan bandara, menjadi hal utama.
Sejauh ini, terang Suharyanta, Bapeten sudah memasang alat pemantau atau alat monitor yang disebut pula dengan RPM di Pelabuhan Tanjung Priok dan Batam sejak 2005. Sementara alat semacam itu terpasang pula di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Belawan di Medan sejak 2012.
Menurut rencana, Bapeten akan memasang RPM di tiga pelabuhan, yakni Bitung (Sulawesi Utara), Soekarno-Hatta (Makassar), dan Tanjung Mas (Semarang).