Lebih dari 70.000 keluarga Suriah yang mengungsi ke Jordania dan Lebanon datang tanpa kepala keluarga atau ayah. Sementara lebih dari 3.700 pengungsi anak-anak hidup tanpa kedua orangtua mereka.
"Hingga akhir September 2013, UNHCR mendaftarkan 2.440 anak-anak yang tak didampingi orangtua di Lebanon dan 1.320 orang di Lebanon. Jumlahnya lebih dari 3.700 orang," demikian laporan UNHCR.
Bahkan, laporan itu melanjutkan, banyak anak-anak Suriah harus memerankan peran pencari nafkah untuk keluarga mereka. Anak-anak mulai usia tujuh tahun harus bekerja dengan waktu yang lama dengan penghasilan minim dengan kondisi kerja yang buruk di Jordania dan Lebanon.
Salah satu tempat yang mempekerjakan anak-anak Suriah itu adalah toko-toko kecil di kamp pengungsi Zaatari, Jordania.
Abdullah (13) adalah salah satu contohnya. Dia selalu bangun pagi untuk membeli roti dari sesama pengungsi. Selanjutnya, dia menjual roti itu ke warga Jordania untuk makanan ternak mereka.
"Jika kami tak bekerja, bagaimana kami bisa hidup," kata Abdullah dalam sebuah video yang dirilis UNHCR.
"Saya merasa seperti seorang laki-laki karena saya bekerja. Saya menyediakan makanan untuk keluarga saya," tambah bocah itu.
Laporan UNHCR yang bertajuk "Masa Depan Suriah: Krisis Pengungsi Anak-anak" merupakan survei mendalam organisasi ini sejak konflik Suriah pecah pada 2011. UNHCR melakukan penelitian selama empat bulan terhadap para pengungsi Suriah di Jordania dan Lebanon. Pengungsi Suriah juga banyak terdapat di Irak dan Turki.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.