Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrok Bersenjata di Afrika Tengah Tingkatkan Jumlah Pengungsi

Kompas.com - 27/11/2013, 20:32 WIB
BANGUI, KOMPAS.com — Gelombang pengungsian massal terjadi di kota Bouca, di bagian timur laut Republik Afrika Tengah, menyusul bentrokan antara pasukan pemberontak untuk kedua kalinya dalam dua bulan terakhir di wilayah ini.

Kondisi ini sekali lagi menekankan mendesaknya aksi kemanusiaan untuk Republik Afrika Tengah, demikian pernyataan Medecins Sans Frontieres (MSF), Rabu (27/11/2013). "Pertikaian di Bouca menunjukkan betapa mengerikannya kekerasan yang melanda Republik Afrika Tengah," kata Sylvain Groulx, Kepala Misi MSF di Republik Afrika Tengah.

"Kami sangat prihatin akan keadaan penduduk yang telantar. Mereka hidup berdesakan di gereja-gereja, masjid, sekolah, atau bahkan tidak diketahui keberadaannya karena tinggal di semak-semak tanpa mendapat akses layanan kesehatan, makanan, atau air dan terancam epidemi penyakit. Masih sangat banyak yang harus dilakukan, dan tindakan harus dilakukan sekarang," tambah Groulx.

Pertikaian di wilayah Bouca, kota berpenduduk 15.000 orang itu, yang mulai terjadi awal pekan lalu telah menyebabkan beberapa orang meninggal dan cedera. Beberapa korban luka dibawa ke klinik MSF, dan dua orang yang berada dalam kondisi kritis dipindahkan ke rumah sakit Batangafo yang berjarak 100 kilometer; satu orang meninggal dalam perjalanan.

Kekerasan yang baru terjadi ini menyusul bentrokan mematikan pada bulan September di mana sekitar 100 orang terbunuh dalam serangan terhadap warga sipil oleh kelompok bersenjata. Sebanyak 700 rumah dibakar dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Sejak itu, penduduk terpaksa tinggal dalam suasana takut dan terintimidasi, termasuk adanya ultimatum Selasa lalu bagi 700 orang yang mengungsi di Misi Katolik Bouca untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Dari 700 orang yang mengungsi di Misi Katolik Bouca, lebih dari setengahnya kini telah melarikan diri," kata Matthieu Amiraux, Koordinator Lapangan MSF di Bouca.

"Situasinya sangat menegangkan, keluarga-keluarga Muslim meninggalkan kota Bouca berbondong-bondong. Hanya orang-orang  bersenjata yang berada di dalam kota," ujar Amiraux.

MSF menekankan krisis juga masih terus berlanjut di kota Bossangoa, di mana sekitar 35.000 penduduk telantar membutuhkan bantuan. MSF mendirikan klinik berjalan sejak pertengahan November untuk menjangkau mereka yang bersembunyi di semak-semak.

PBB memperkirakan sekitar 400.000 orang, atau sepuluh persen jumlah penduduk Republik Afrika Tengah telah kehilangan tempat tinggal sejak kudeta bulan Maret 2013. Mereka yang telantar di Bossangoa dan Bouca menambah jumlah penduduk telantar yang terus bertambah ini.

MSF menyerukan kepada PBB dan badan kemanusiaan lainnya untuk meningkatkan bantuan mereka terhadap krisis yang terabaikan ini. Republik Afrika Tengah kini menghadapi keadaan darurat kemanusiaan dan kesehatan akibat ketidakstablikan politik dan militer selama beberapa dekade.

Aktivitas MSF di Republik Afrika Tengah telah dimulai sejak 1997. Saat ini, MSF menjalankan tujuh program reguler di Batangafo, Boguila, Carnot, Kabo, Ndele, Paoua, dan Zemio dan telah memulai aktivitas darurat di Bossangoa, Bouca, dan Bria sejak Maret. Sebuah tim darurat keliling siap membantu di wilayah yang terdampak konflik dan sejauh ini telah berada di Bouar, Mbaiki, dan Yaloke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com