Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1.000 Tentara Jepang Disambut Hangat di Filipina

Kompas.com - 22/11/2013, 16:56 WIB
MANILA, KOMPAS.com - Tujuh dekade lalu pasukan Jepang sempat menduduki Filipina dan memperlakukan rakyat negeri itu dengan brutal. Namun, pada Jumat (22/11/2013), sebanyak 1.000 personel pasukan Jepang mendapatkan sambutan hangat warga Filipina saat mereka melakukan operasi pemulihan pasca-bencana amukan topan Haiyan.

Pasukan Jepang itu menggunakan tiga buah kapal dan tiba di pelabuhan Cebu, Filipina tengah. Demikian penjelasan seorang pejabat Kedubes Jepang di Manila.

"Ini adalah pengerahan militer Jepang ke luar negeri sejak kekalahan kami di Perang Dunia II," ujar Wakil Direktur Hubungan Masyarakat Kedubes Jepang di Manila, Takashi Inoue.

Pasukan Jepang ini akan bergabung dengan operasi penanggulangan bencana internasional untuk membantu korban selamat akibat terjangan topan dahsyat itu. Topan Haiyan meratakan puluhan kota di Filipina tengah pada 8 November lalu dan mengakibatkan 5.500 orang tewas atau hilang.

"Kami sudah mengirimkan sejumlah kecil bantuan namun bantuan terbesar akan dimulai setelah pertemuan dengan militer Filipina hari ini," ujar Inoue.

Kembalinya militer Jepang ke Filipina membuat sebuah ironi sejarah. Apalagi Filipina tengah adalah saksi salah satu kekalahan telak Jepang dalam perang laut melawan Amerika Serikat.

Eulalia Macaya (74), yang berhasil selamat dari Perang Dunia II dan Topan Haiyan, mengingat saat masih kecil dia sangat ketakutan jika melihat pasukan Jepang.

"Kami sampai harus menggali lubang persembunyian di rumah kami. Pasukan Jepang berpatroli, namun kami hanya bisa melihat sepatu mereka. Saya sangat ketakutan," kenan Macaya.

Saat ini, Macaya masih menunggu pengobatan di klinik lapangan yang dibangun pemerintah Jepang di kota Tacloban. Dan kini, dia merasa senang "bekas penjajah" itu kembali ke Filipina.

"Saya tak menyimpan dendam terhadap mereka. Tak ada lagi masalah di antara negara kami," tambah dia.

Mantan wali kota Tacloban, Tente Quintero (72) mengatakan, dengan terus meningkatknya level sengketa wilayah dengan China, maka kini Filipina menganggap Jepang sebagai kawan dan sekutu.

"Saya senang pasukan Jepang menginjakkan kakinya kembali di Filipina," ujar Quintero.

Warga senior lain, Beatrice Bisquera (91) bahkan mengatakan kehancuran dan penderitaan yang disebabkan Haiyan, jauh lebih hebat ketimbang saat Filipina berada di bawah kekuasaan militer Jepang.

"Saat pendudukan Jepang kami bisa menghindar ke pegunungan. Sekarang, tak ada tempat untuk bersembunyi," kata dia.

Sementara itu, juru bicara Pusat Komando Angkatan Bersenjata Filipina, Letnan Jim Alagao mengatakan bangsa Filipina sangat berterima kasih atas bantuan Jepang di masa krisis ini dan generasi saat ini sudah tak mempermasalahkan Perang Dunia II.

"Perang Dunia II sudah lama berlalu. Jika masih ada rasa benci terhadap Jepang, seharusnya para kakek kami yang menjawabnya," ujar Alagao.

Kesempatan militer Jepang untuk membantu korban bencana di Filipina, bagi para  pekerja kemanusiaan Jepang yang sudah lebih dulu berada di daerah bencana merupakan pertanda Jepang sudah memiliki hubungan berbeda dengan dunia luar.

"Hampir selama 70 tahun kami dianggap sebagai musuh. Kini kami menjadi teman," kata Joji Tomika, seorang dokter yang menjadi koordinator tim medis sipil.

"Kami tak bisa menghilangkan masa lalu, namun kami bisa belajar dari sejarah agar kami tidak mengulangi kesalahan yang sama," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com