Walau hanya menyebut sebuah sumber "tunggal yang tidak diungkap jati dirinya", laporan itu semakin dipercaya setelah sejumlah laporan serupa dikumpulkan kantor berita yang dikelola para pembelot Korea Utara.
Salah satu eksekusi dikatakan terjadi di sebuah stadion di hadapan 10.000 orang di mana para korban ditembak dengan senapan mesin. Sumber itu mengatakan, "Saya mendengar dari sejumlah warga bahwa mereka menyaksikan teror saat mayat-mayat penuh tembakan peluru senapan mesin sehingga para korban itu jadi sulit dikenali lagi."
Skala eksekusi itu menunjukkan upaya terpadu rezim Kim Jong Un untuk membungkam perbedaan pendapat. Harian JoongAng Ilbo mencatat, sejumlah eksekusi itu terjadi di daerah yang mengalami pertumbuhan ekonomi dan mungkin menjadi langkah pre-emptive.
Seorang juru bicara Solidaritas Intelektual Korea Utara mengatakan, "Rezim jelas takut dengan perubahan dalam cara berpikir rakyat dan secara pre-emptive mencoba untuk menakut-nakuti rakyat," lapor harian Independent.
Negara yang sangat tertutup itu terkenal karena sikap kerasnya terhadap pengaruh luar.
Sejumlah pembelot yang berhasil melarikan diri menceritakan kisah horor kekejaman dan kamp-kamp penjara.
Dalam sebuah laporan Amnesty International tahun 2011 tentang kondisi di Korea Utara, digambarkan bahwa kondisi di sana beberapa merupakan yang terburuk yang dijumpai Amnesty selama lima dekade lembaga itu beroperasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.