Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/10/2013, 08:27 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.COM - Terkuaknya skandal penyadapan komunikasi oleh badan intelijen Amerika Serikat terus meluas. Bukan hanya negara-negara sekutu di Eropa yang menjadi sasaran, melainkan juga beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia. Australia, salah satu sekutu dekat AS, turut menyadap Indonesia.

Laporan terbaru yang diturunkan laman harian Sydney Morning Herald (www.smh.com.au) pada Kamis (31/10) dini hari waktu setempat, atau Rabu malam WIB, menyebutkan, kantor Kedutaan Besar Australia di Jakarta turut menjadi lokasi penyadapan sinyal elektronik.

Surat kabar tersebut mengutip dokumen rahasia Badan Keamanan Nasional AS (NSA) yang dimuat di majalah Jerman, Der Spiegel. Dokumen itu dilaporkan jelas-jelas menyebut Direktorat Sinyal Pertahanan Australia (DSD) mengoperasikan fasilitas program STATEROOM.

Itu adalah nama sandi program penyadapan sinyal radio, telekomunikasi, dan lalu lintas internet yang digelar AS dan para mitranya yang tergabung dalam jaringan ”Lima Mata”, yakni Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru.

Disebutkan, DSD mengoperasikan program itu di fasilitas-fasilitas diplomatik Australia tanpa sepengetahuan sebagian besar diplomatnya sendiri. Informasi yang diperoleh Fairfax Media—kelompok media tempat Sydney Morning Herald (SMH) bergabung—menyebut, operasi itu dijalankan di Kedubes Australia di Jakarta, Bangkok, Hanoi, Beijing, dan Dili, serta di Komisi Tinggi Australia di Kuala Lumpur dan Port Moresby.

Dokumen NSA yang dibocorkan oleh bekas pegawainya, Edward Snowden, itu bahkan secara rinci menjelaskan penyamaran di setiap kantor kedubes untuk menyembunyikan antena penyadap. ”Antena kadang disembunyikan di bentuk-bentuk arsitektur palsu atau ditutupi terpal perawatan di atap.”

Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia menolak berkomentar atas informasi tersebut. Namun, seorang mantan pejabat intelijen pertahanan Australia mengatakan kepada Fairfax Media bahwa fasilitas penyadapan di Kedubes Australia di Jakarta berperan penting dalam pengumpulan intelijen terkait dengan terorisme ataupun penyelundupan manusia.

Selain gedung kedubes di Jakarta, kantor Konsulat Australia di Denpasar, Bali, juga menjadi tempat pengumpulan sinyal intelijen.

Meskipun demikian, kata mantan pejabat yang tak disebut namanya itu, fokus utama fasilitas itu adalah intelijen politik, diplomatik, dan ekonomi.

Suka berbicara

”Pertumbuhan tinggi jaringan telepon seluler (di Indonesia) telah menjadi keuntungan besar dan kalangan elite politik Jakarta adalah kumpulan orang yang suka berbicara. Bahkan, saat mereka berpikir dinas intelijen mereka sendiri bisa mendengarkan, mereka tetap berbicara,” ujarnya.

SMH juga mengutip kebocoran dokumen DSD terkait situasi Indonesia dan Timor Timur pada 1999 yang menunjukkan pihak intelijen Australia memiliki akses ekstensif terhadap jaringan komunikasi sipil ataupun militer Indonesia saat itu.

Hingga berita ini diturunkan, Kompas belum bisa menghubungi pihak Kedubes Australia di Jakarta untuk meminta keterangan.

Rabu siang, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa menyatakan protes keras Pemerintah Indonesia atas kabar penyadapan oleh AS yang juga dimuat di SMH sehari sebelumnya. ”Indonesia tidak dapat menerima dan mengajukan protes keras terhadap berita tentang keberadaan fasilitas penyadapan di Kedubes AS di Jakarta,” tandas Marty dalam siaran pers resmi.

”Perlu ditegaskan bahwa jika terkonfirmasi, tindakan tersebut bukan saja merupakan pelanggaran keamanan, melainkan juga pelanggaran serius norma serta etika diplomatik dan tentunya tidak selaras dengan semangat hubungan persahabatan antarnegara,” tambah Marty.
(DHF/AP/AFP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com