Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai dan Kontribusinya Memengaruhi Sejarah Dunia

Kompas.com - 29/10/2013, 16:19 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Badai besar baru saja menghantam beberapa wilayah di Eropa bagian utara. Sedikitnya, tercatat 13 orang tewas di beberapa negara, seperti Inggris, Jerman, dan Perancis.

Dalam perjalanan sejarah, badai dan cuaca buruk ternyata kerap memberi kontribusi dalam membentuk dunia hingga berwujud seperti sekarang ini, seperti yang diungkapkan sejarawan  Inggris, Dan Snow.

Di antara cuaca buruk yang membawa dampak signifikan dalam sejarah manusia adalah hujan es pada Juli 1788 yang berlangsung selama tiga hari di Perancis.

Butuh waktu berhari-hari bagi balok hujan es yang berukuran cukup besar ini untuk mencair. Hal ini kemudian mengakibatkan gagal panen di sejumlah wilayah Perancis. Akibatnya, harga roti yang sudah tinggi semakin melambung.

Terus melambungnya harga roti itu memicu kemarahan rakyat. Rakyat kemudian melampiaskan kemarahan mereka kepada Raja Louis XVI dan setahun kemudian terjadilah Revolusi Perancis yang membentuk dunia modern saat ini.

Diselamatkan badai

Badai yang baru saja berlalu memang berdampak buruk bagi Inggris. Namun, Inggris juga telah beberapa kali diselamatkan dari upaya pendudukan karena cuaca buruk yang melumpuhkan musuh sehingga kemudian muncul ungkapan "God is an Englishman".

Salah satu upaya pendudukan ini ialah pada tahun 1744 ketika seorang jenderal Perancis, Maurice de Saxe, berencana menempatkan Pangeran Charles Edward Stuart atau yang lebih dikenal sebagai Bonnie Prince Charlie di Inggris sebagai boneka Perancis.

Namun, pada bulan Februari 1744, ketika mereka sedang berlayar dari Perancis, di Selat Inggris, armada kapal angkatan laut dan angkutan transportasi Perancis tenggelam diamuk badai ganas.

Akibat bencana itu, Perancis melupakan rencananya untuk menguasai Inggris yang kemudian terus memperluas wilayah koloninya.

Terjebak lumpur

Dalam Perang Dunia II, pasukan Nazi Jerman juga mengalami nasib sial akibat cuaca yang tidak bersahabat. Pada Oktober 1941, Hitler melancarkan serangan besar-besaran untuk menundukkan Moskwa.

Hitler yakin Operasi Barbarossa yang digelarnya akan dengan mudah menembus wilayah Uni Soviet dan merebut Moskwa. Hitler memperkirakan kejatuhan ibu kota negara asal Stalin itu bisa membawa kemenangan bagi Jerman.

Namun, cuaca buruk membuat tentara Jerman harus terjebak dalam kubangan lumpur sebelum akhirnya dilumpuhkan suhu dingin dan badai salju, ditambah serangan sporadis pasukan Uni Soviet yang terbiasa berperang di suhu yang ekstrem seperti itu.

Jutaan orang tewas dan terluka dalam peristiwa ini. Uni Soviet akhirnya selamat dari upaya pendudukan Jerman. Dampak lebih luasnya, kegagalan Jerman menduduki Uni Soviet mengakibatkan Jerman gagal memenangkan Perang Dunia II.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com