Pemerintah Pakistan mengerahkan 1.000 tentara dan helikopter militer untuk menjangkau lokasi bencana yang terisolasi dan sulit dijangkau.
Kepala Staf Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Gempa Bumi Pakistan Brigadir Jenderal Syed Wajid Raza mengemukakan, kemungkinan jumlah korban terus bertambah karena masih banyak korban terperangkap di bawah reruntuhan bangunan ambruk.
”Sebagian besar rumah di sana terbuat dari lumpur. Mayoritas korban tewas karena tertimpa atap rumah,” ujarnya.
Minimnya peralatan, ditambah jalan yang rusak atau tertutup puing-puing bangunan, menyulitkan tim penyelamat menyisir lokasi. Kondisi tersebut menghambat proses evakuasi korban. ”Kami telah meminta pemerintah pusat menerjunkan tambahan tentara untuk membantu kami,” kata Raza.
Sejauh ini petugas telah mengevakuasi 174 korban selamat. Mereka dilarikan ke rumah sakit terdekat, seperti di Quetta, ibu kota Baluchistan, dan Karachi.
Juru bicara Pemerintah Provinsi Baluchistan, Jan Buledi, mengemukakan, pemerintah setempat benar-benar kesulitan menangani korban yang terus berdatangan. ”Sejumlah rumah sakit lokal rusak. Rumah sakit di wilayah lain tidak lagi cukup menampung korban luka. Kami sangat membutuhkan tenda, makanan, dan tambahan dokter. Banyak korban yang masih telantar,” kata Buledi.
Pada Rabu pagi, 60 truk militer yang membawa makanan, obat- obatan, dan tenda meninggalkan Karachi menuju Awaran, kota yang paling parah terdampak gempa.
Baluchistan adalah provinsi terluas di Pakistan, mencakup 44 persen luas negeri itu. Penduduknya tercatat 8 juta jiwa tersebar di daerah pedalaman yang sulit dijangkau.
Pusat gempa
Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat, gempa bumi itu terjadi di kedalaman 23 kilometer, sekitar 233 km tenggara Dalbandin, Baluchistan.
Awaran, kota kecil berpenduduk 200.000 jiwa yang lokasinya sekitar 50 km dari pusat gempa, rusak parah. Gedung dan rumah- rumah hancur rata dengan tanah. Jalan utama dan penghubung antardesa retak dan terbelah sehingga tidak dapat dilewati.
Noor Ahmed (45), petani, mengatakan, guncangan gempa berlangsung hingga 2 menit. Dalam sekejap desanya berubah menjadi tumpukan debu. ”Kami kehilangan semua, bahkan makanan kami tertimbun reruntuhan. Air dari saluran bawah tanah kini tak dapat diminum karena salurannya retak akibat gempa,” ujarnya.
Gempa tersebut juga dirasakan masyarakat di Gwadar, Khuzdar, Chagai, Hyderabad, dan Karachi yang berada ratusan kilometer dari pusat gempa. Bahkan, guncangan terasa hingga New Delhi, ibu kota India.
Wakil Komisioner Awaran Abdul Rasheed Gogazai mengatakan, pemerintah menetapkan Distrik Awaran dalam kondisi darurat. ”Dari sedikitnya 327 korban tewas, 285 korban berasal dari pusat kota Awaran. Korban lain ditemukan di Kaich, tak jauh dari kota Awaran,” katanya.