Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jerman Menjuluki Angela Merkel "Mama"

Kompas.com - 25/09/2013, 13:26 WIB
Oleh: Simon Saragih

Angela Dorothea Merkel (59) adalah ikon politik bernurani. Jika Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengandalkan kejujuran dan keberpihakan kepada rakyat, Jerman memiliki Kanselir Angela Merkel. Dia diberi mandat berkuasa untuk ketiga kali lewat pemilu hari Minggu (22/9).

Di Jerman, dia dijuluki ”Mama” dan dianggap politisi luar biasa. Majalah Forbes mengabadikannya sebagai pemimpin hebat, hanya kalah dari Obama sebagai pemain paling berkuasa di dunia, posisi tertinggi yang dicapai pemimpin perempuan. Dia satu-satunya pemimpin yang tidak jatuh karena krisis utang di zona euro.

Angela Merkel adalah putri Horst Kasner, ahli teologi lulusan Universitas Heidelberg yang juga seorang pendeta. Ibunya, Herlind Kasner, mantan guru yang hidup di Templin, dekat Berlin, dulu Jerman Timur. Merkel yang memiliki dua adik, Marcus dan Irene, lahir di Hamburg, ketika itu Jerman Barat. Dalam usia beberapa pekan, dia mengikuti orangtua pindah ke Templin.

Kanselir berdarah Polandia ini memiliki masa lalu unik, sarat kenakalan, tetapi pintar dan berbakat politik. Soal pelajaran, dia andalan dan pernah meraih medali pada perlombaan sains di Rusia. Merkel pintar berbahasa Rusia dan menyukai syair-syair Rusia.

Ilmu kimia dan fisika adalah kesukaannya, yang mengantarkan dia menjadi mahasiswi dan meraih gelar doktor di Universitas Leipzig. Idola masa kecilnya adalah Marie Curie, juga berdarah Polandia dan peraih Nobel Kimia pertama.

Reputasi akademis Merkel luar biasa, tetapi bakat politik sudah tertanam sejak kecil. Pengaruh rezim komunis dan kepahitan membuatnya belajar politik secara otodidak. Falsafah ilmu kimia dan fisika yang didapat mematrikan pola pemikiran bahwa sesuatu senyawa tak bisa diabaikan. Rezim komunis yang dipaksakan mirip senyawa yang mengalami penolakan.

Keluarganya berkunjung ke Jerman Barat pada 1961. Ayahnya yang belajar di Jerman Barat suka pulang ke asal mereka di Jerman Timur. Seusai kunjungan pada 1961 itu, Tembok Berlin berdiri. Herlind, ibunya, menangis. Ayahnya turut tercengang. Merkel otomatis menjadi warga Jerman Timur karena tugas ayahnya di Jerman Timur sebelum Jerman pecah secara ideologi.

Sebagai keluarga yang bukan kelas pekerja, keluarga Kasner rutin menjadi intaian Stasi, polisi rahasia. Ibunya dilarang mengajar sehingga memupus kemahirannya berbahasa Inggris dan Latin. Untung ayahnya adalah pendeta yang dihormati dan pernah diminta rezim komunis untuk mendirikan seminari teologi di Jerman Timur.

Perjalanan dengan mobil ke Jerman Barat menjadi bagian dari hidup mereka, sesuatu yang jarang didapatkan warga. ”Jika bukan karena kepiawaian ayahnya, kesempatan seperti itu pasti tidak didapatkan,” demikian majalah Times.

Keberadaan seminari teologi membuat Merkel terbiasa mendengar diskusi tentang politik dan gerutuan Jerman Timur soal rezim komunisme. Ini selalu terbayang dan tampak memengaruhi dirinya.

Sebagaimana warga di negara komunis, anak-anak bermimpi berjalan ke luar negeri dan meraih medali emas Olimpiade karena merupakan reputasi yang mengharumkan komunisme. Merkel pernah mencoba belajar loncat indah, tetapi gamang saat berada di ketinggian. Perlu 45 menit baginya untuk melakukan lompatan. ”Saya takut ketinggian,” kata Merkel, seperti dikutip situs Business Week.

Impian sebagai atlet tak terwujud, tetapi politik tak bisa dia abaikan walau profesinya adalah doktor fisika. Pada usia 14 tahun diam-diam dia mendengar pemilihan umum di Jerman Barat.

Pada usia menjelang dua puluhan, Merkel memperlihatkan sikap mandiri. Ayahnya mengajarinya kejernihan berpikir dan sikap matang sebelum bertindak.

Rekannya sesama mahasiswa yang ditemui pertama kali tahun 1974, Ulrich Merkel, menjadi suaminya tiga tahun kemudian. Mereka tak punya anak. Tak lama kemudian mereka bercerai. Namun, Ulrich melukiskan perasaannya di sebuah majalah pada tahun 2005. Dia mengatakan, Merkel ramah, terbuka, dan bersahaja. Energi Merkel luar biasa dan ia ambisius.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com