Dalam bahasa yang terus terang, Paus Fransiskus berusaha untuk mengatur sebuah nada baru bagi gereja. Ia mengatakan, gereja harus menjadi "rumah untuk semua" dan bukan "sebuah kapel kecil" yang berfokus pada doktrin, ortodoksi, dan agenda terbatas tentang ajaran-ajaran moral.
"Tidak perlu membahas tentang masalah-masalah itu sepanjang waktu," kata Paus kepada Pater Antonio Spadaro, rekannya sesama Yesuit, dan Pemimpin Redaksi La Civilta Cattolica, jurnal Yesuit Italia, yang isinya secara rutin disetujui Vatikan.
Wawancara tersebut dilakukan dalam tiga pertemuan pada Agustus di tempat tinggal Paus di Casa Santa Marta, sebuah Wisma Vatikan. Paus Fransiskus memilih tinggal di sana ketimbang di apa yang dia sebut tempat yang lebih terisolasi di Istana Apostolik, tempat tinggal bagi banyak pendahulunya.
Wawancara tersebut dirilis serentak Kamis (19/9/2013) pagi oleh 16 jurnal Yesuit di seluruh dunia, dan mencakup refleksi panjang Paus tentang identitasnya sebagai seorang Yesuit. Paus Fransiskus secara pribadi memeriksa transkrip wawancara itu dalam bahasa Italia, kata Pater James Martin, editor lepas majalah Yesuit New York, America, sebagaimana diikuti harian New York Times. Majalah America dan La Civilta Cattolica secara bersama-sama meminta Paus untuk memberikan wawancara, yang America kemudian publikasikan di majalah dan dalam bentuk e-book.
"Beberapa hal di dalam wawancara itu benar-benar mengejutkan saya," kata Pater Martin. "Dia tampak, bahkan lebih berpikiran bebas dari yang saya bayangkan."
Kata-kata Paus baru itu sepertinya punya reperkusi di dalam gereja yang para uskup dan imamnya di banyak negara sering muncul untuk memerangi aborsi, pernikahan gay, dan kontrasepsi sebagai prioritas kebijakan publik mereka. Paus mengatakan, ajaran-ajaran itu "telah jelas" baginya sebagai "putra gereja," tetapi semua itu harus diajarkan dalam konteks yang lebih luas. "Proklamasi kasih penyelamatan Allah datang sebelum imperatif moral dan agama," kata Paus.
Sejak awal masa kepausannya pada Maret, Paus Fransiskus telah memilih untuk menggunakan sorotan global untuk fokus pada mandat gereja, yaitu melayani masyarakat miskin dan terpinggirkan. Karena itulah, dia menggunakan nama Fransiskus, merujuk pada Santo Fransiskus dari Asisi, untuk menegaskan keberpihakannya pada orang miskin dan terpinggirkan. Paus Fransiskus telah membasuh kaki para napi remaja, mengunjungi pusat pengungsi, dan memeluk peziarah cacat dalam audiensinya.
Kehadiran pastoral dan sikap sederhananya telah membuatnya sangat populer. Demikian menurut sejumlah survei terakhir. Namun, ada juga suara ketidakpuasan dari beberapa kelompok advokasi Katolik, dan bahkan dari beberapa uskup, yang telah memperhatikan sikap diamnya terkait aborsi dan pernikahan gay.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.