Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Dua Permukiman yang Terbelah Konflik Sektarian

Kompas.com - 13/09/2013, 11:48 WIB
JUMAT, 23 Agustus 2013 lalu, dua ledakan bom terdengar di dekat dua masjid di Tripoli, Lebanon. Sebanyak 800 orang cedera dan 48 tewas dalam peristiwa itu. Dokter Lintas Batas/MSF merawat warga yang terluka di klinik yang terletak di  Jabal Mohsen dan Bab al-Tabbaneh, keduanya adalah permukiman  yang terbelah dan terisolasi akibat kekerasan sektarian.

Permukiman Jabal Mohsen dan Bab al-Tabbaneh berhadap-hadapan di Syria Street, kota Tripoli, Lebanon. Di Jabal Mohsen, permukiman kelompok Alawi, sekitar 60.000 orang tinggal berdesakan di wilayah seluas 2,5 kilometer persegi. Di seberangnya adalah Bab al-Tabbaneh yang mayoritas penghuninya adalah kelompok Muslim Sunni dan termasuk daerah termiskin di Lebanon.

Pada kedua sisi Syria Street, berjejer toko-toko yang hancur, cerminan luka yang ditorehkan konflik yang telah berlangsung beberapa dekade. Dua tahun terakhir, kekerasan di permukiman yang saling berseteru ini meningkat drastis, menggemakan perang di negara tetangga: Suriah.

Setiap bentrokan terjadi, warga dari kedua sisi jalan terperangkap di permukiman yang bersalin rupa menjadi zona perang. Ketika kekerasan terjadi lagi Mei lalu, sekitar 35 orang tewas dan lebih dari 250 orang cedera. Dan, sejak Suriah bergejolak lagi pada Maret 2011, lebih dari 190 orang telah terbunuh dan 1.200 orang cedera dalam perang antara dua permukiman tersebut.

Meski terbelah oleh perbedaan sektarian, kedua permukiman ini sama-sama menderita akibat kemiskinan, permukiman yang terlalu padat, dan minimnya layanan kesehatan, terlebih sejak datangnya pengungsi dari Suriah dalam jumlah besar.

“Kedua permukiman ini sama-sama menduduki tingkat perekonomian yang rendah di mana sekitar 80 persen penduduknya hidup dengan pendapatan kurang dari 4 dolar Amerika per hari, kesulitnya mengakses layanan kesehatan yang terjangkau, dan tidak punya asuransi kesehatan,” kata Sébastien Vidal, Koordinator Lapangan MSF di Tripoli. “Situasi ini diperparah oleh besarnya gelombang pengungsi Suriah belakangan ini, yang membebani warga setempat yang termasuk rentan.”

Tiap kali terjadi bentrokan, tank-tank tentara Lebanon memblokade Syria Street sebagai upaya menjaga perdamaian dengan memisahkan kedua permukiman tersebut. Karena semua jalur masuk tertutup, hampir tidak mungkin untuk keluar-masuk Jabal Mohsen. Warga di daerah itu sulit mengakses layanan kesehatan yang paling dasar dan tak punya pilihan selain mencoba menyeberangi garis depan demi mendapat layanan medis untuk menyelamatkan nyawa. Mulai November 2012, MSF menyediakan layanan medis di klinik di Jabal Mohsen, satu-satunya fasilitas kesehatan di situ.

Bab al-Tabbaneh: klinik baru yang sibuk

Bab al-Tabbaneh, di sisi lain Syria Street adalah rumah bagi sekitar 80.000 warga Lebanon dan pengungsi Suriah yang jumlahnya kian bertambah. MSF membuka klinik di sini sejak April 2013. “Pada hari pertama buka, klinik langsung dipenuhi pasien, kebanyakan perempuan dan anak-anak yang tidak pernah mendapat akses kesehatan gratis atau terjangkau,” tutur Vidal.

Di dalam klinik, dua dokter dan dua perawat menyediakan konsultasi dan perawatan gratis kepada rata-rata 60 pasien per hari. Sekitar 20 persen pasien adalah pengungsi Suriah.

“Kebanyakan pasien adalah anak-anak yang terkena infeksi dada atau radang lambung dan usus akibat kondisi hidup yang buruk,” papar Vidal. “Banyak anak juga kekurangan zat besi dan vitamin karena tidak mendapat asupan makanan bergizi, sehingga mereka lebih rentan terhadap infeksi.” Antara April hingga akhir Juli 2013, lebih dari 3.500 pasien menerima layanan medis di klinik.

Kebutuhan medis darurat


MSF Ruang tunggu sebuah klinik kesehatan di permukiman para pengungsi di Lebanon yang dikelola MSF
Selain layanan kesehatan dasar di Jabal Mohsen dan Bab al-Tabbaneh, MSF mendukung ruang gawat darurat rumah sakit pemerintah Tripoli, satu-satunya rumah sakit publik di sebelah utara negeri itu.

Sejak pengungsi Suriah membanjiri Lebanon pada November 2011, MSF menyesuaikan aktivitasnya dan membuka layanan medis baru. Penduduk Lebanon telah melakukan banyak upaya untuk menolong dan mengintegrasikan para pengungsi. Namun, di daerah yang kondisi hidupnya cukup sulit seperti di beberapa daerah di Tripoli dan Lembah Beeka, kapasitas penduduk telah mencapai batas kemampuannya.

“Sangat penting untuk memastikan tersedianya bantuan untuk para pengungsi Suriah, tetapi juga untuk para penduduk Lebanon yang menampung pengungsi,” tutur Dr Gustavo Fernandez, Manajer Program MSF untuk Lebanon yang bertugas di Jenewa.

MSF adalah organisasi kemanusiaan medis internasional yang menyediakan bantuan berdasarkan kebutuhan, terlepas dari latar belakang ras, agama, gender atau afiliasi politik. Aksi MSF dilakukan sesuai etika medis dan prinsip kenetralan serta sikap tidak memihak. Untuk info lebih lanjut, kunjungi http://www.msf-seasia.org/

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com