Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Terbaru Kebrutalan Pemberontak Suriah Beredar

Kompas.com - 06/09/2013, 13:19 WIB
KOMPAS.com — Rekaman video yang menunjukkan tujuh tentara Suriah dieksekusi pemberontak yang hendak menggulingkan rezim Presiden Bashar Al Assad baru saja mencuat. Para prajurit itu ditelanjangi, diikat, dan mukanya didorong ke tanah, sementara sejumlah pemberontak berdiri di belakang mereka sambil mengarahkan senjata ke tubuh para tentara tersebut. Beberapa dari mereka tampak menderita luka parah di punggung dan lengan.

Sesaat sebelum mereka dibunuh, pemimpin kelompok kecil pemberontak bernama Abdul Samad Issa, yang dikenal sebagai "Sang Paman", membacakan sebuah puisi. "Selama lima puluh tahun, mereka sahabat korupsi," katanya. "Kami bersumpah demi Allah, inilah sumpah kami: Kami akan membalas dendam." Begitu puisi selesai, ia menembakkan peluru pertama. Anak buahnya mengikuti dengan memberondongkan senjata mereka.

Pada akhir rekaman tersebut, mayat-mayat tentara itu dibuang di sebuah sumur, sementara salah seorang pria melihat ke arah kamera dan tersenyum.

Adegan mengerikan itu direkam pada musim gugur 2012 dan didokumentasikan dalam sebuah video yang diselundupkan keluar dari Suriah beberapa hari lalu oleh seorang mantan pemberontak anggota kelompok Issa. Mantan pemberontak itu mengatakan, ia merasa ngeri dengan taktik kebrutalan yang pernah digunakan rekan-rekannya. Harian New York Times kemudian memperoleh rekaman itu dan kini beredar di internet.

Video tersebut muncul saat para pemimpin G-20 bertemu di Rusia pekan ini untuk memperdebatkan situasi mengerikan di Suriah yang dilanda perang itu. Tak bisa dihindari, rekaman itu menambah bahan bakar buat pandangan yang menyatakan bahwa seluruh dunia tidak dapat secara aktif mendukung pemberontak. Soalnya, mereka melakukan kekejaman yang sama brutalnya dengan yang dilakukan pasukan yang dikerahkan Presiden Assad.

Issa dikenal sebagai "Sang Paman" karena dua deputinya merupakan keponakannya. Harian New York Times melaporkan, motivasi Issa melakukan eksekusi seperti yang dikatakan dalam puisinya, yaitu dendam. Mantan ajudannya, yang memiliki salinan rekaman tersebut, mengatakan, tentara yang ditangkap itu dituduh mempunyai video tentang diri mereka ketika memerkosa warga sipil Suriah dan melakukan penjarahan. Itulah pemicu eksekusi tersebut.

Daily Mail melaporkan, Issa meminta eksekusi itu direkam agar dia bisa menunjukkan kepada para donor sehingga dapat membantu dalam mendapatkan lebih banyak dana.

Issa memimpin kelompok yang relatif tidak dikenal yang berjumlah sekitar 300 orang. Pria 37 tahun itu, seorang pedagang dan penggembala ternak sebelum perang, membentuk kelompok pada awal pemberontakan dengan menggunakan uang sendiri untuk membeli senjata dan membiayai pengeluaran prajuritnya. Ayahnya menentang Presiden Hafez al-Assad, ayah presiden Suriah saat ini, tetapi tahun 1982, sang ayah hilang. Issa yakin, ayahnya tewas dalam tindakan keras selama 27 hari Pemerintah Suriah terhadap Ikhwanul Muslimin. Hal itulah yang memicu kebencian Issa terhadap pemerintah.

Menurut New York Times, tahun lalu, Issa menjalankan kamp pelatihan di Turki dan mengumpulkan senjata.

Rekaman tersebut tidak diragukan akan menyebabkan masalah bagi AS yang sedang mempertimbangkan untuk menyerang pasukan Suriah terkait dugaan penggunaan senjata kimia terhadap warga sipil. Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Kamis, berbicara tentang isu pemberontak radikal di Suriah. "Sungguh ada oposisi yang moderat," kata Kerry. Ia mengatakan, ada 70.000 sampai 100.000 kaum oposisi. "Dari jumlah itu, sekitar 15 persen sampai 20 persen merupakan "orang-orang jahat" atau ekstremis.

Kecemasan terbesar para pejabat AS berpusat di sekitar dua kelompok yang dikenal mempunyai hubungan dengan Al Qaeda, yaitu Front Nusra dan Negara Islam di Irak dan Suriah.

Awal tahun ini, sebuah video lain yang sungguh memuakkan telah memperlihatkan seorang pemimpin pemberontak memakan jantung seorang tentara Suriah yang tertangkap. Video itu menunjukkan seorang pria, yang diyakini pendiri Brigade Farouq Abu Sakkar di Homs, berdiri di atas mayat berseragam di selokan sambil mencerca Presiden Bashar al Assad. Dengan menggunakan pisau, pria itu membelah bagian dada mayat dan mengeluarkan dua organ, lalu memperlihatkannya ke kamera. Dia kemudian mengangkat organ-organ itu ke mulutnya dan menggigitnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com