Apa lacur, simpang siur soal kematian itu tetaplah simpang siur. Kedua orangtua almarhum, Nanda Prasad dan Ganga Maya Adhikara, cuma bisa mencari ke sana-kemari tanpa jawaban pasti, bahkan dari pemerintahan Maoist yang kini berkuasa.
Rupanya, pilihan satu-satunya adalah aksi mogok makan. Oleh karenanya, beberapa waktu silam, pasangan suami istri itu pun melakukan aksi tersebut.
Bak gayung bersambut, aksi protes ini mendapat respons dari dunia internasional. Paling tidak, warta AP pada Rabu (4/9/2013) menunjukkan kalau aktivis kemanusiaan mulai berunjuk rasa dan mendesak kasus pencarian keadilan itu tetap berjalan.
Perintah MA
Sikap keras pasangan ini ternyata membuat keputusan Mahkamah Agung (MA) Nepal mental. Pasalnya, meski lembaga keadilan tertinggi itu sudah mengeluarkan perintah agar keduanya makan, pasangan tersebut bergeming. "Kami akan mogok makan sampai mati," kata mereka berdua.
Sejatinya, kondisi fisik mereka sudah mencapai titik kritis. Minggu lalu, keduanya dirujuk ke bagian perawatan intensif rumah sakit di Kathmandu.
Pihak Maoist melalui ketuanya, Pushpa Kamal Dahal, kemarin, mengingatkan bahwa kasus tersebut tak perlu diungkit lagi. "Masa perang pada 2004 itu sudah selesai dengan berakhirnya tugas Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Perdana Menteri Nepal Krishna Hari Baskota mengatakan bahwa pemerintah menginginkan agar investigasi kasus itu berlanjut.
Pada bagian lain, Direktur Rumah Sakit Bir Kathmandu Buland Thapa mengatakan, pihaknya sudah memberi makanan cair melalui saluran pernapasan keduanya. "Kondisi keduanya lumayan membaik. Tapi, tanpa adanya asupan makanan dalam beberapa hari ke depan, pasangan ini bisa pingsan," katanya mengingatkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.