Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Assad: Serangan Barat Akan Picu Perang Regional

Kompas.com - 03/09/2013, 12:48 WIB
PARIS, KOMPAS.COM - Perancis, Senin (2/9/2013), menerbitkan sebuah laporan intelijen yang menuduh rezim Suriah telah menggunakan senjata kimia dalam perang saudara di negara itu. Tuduhan tersebut menguatkan klaim serupa oleh AS sebelumnya.

Sementara itu, Presiden Suriah, Bashar Al Assad, memperingatkan bahwa setiap serangan militer Barat terhadap negaranya akan memicu perang regional tidak terkendali dan menyebarkan "kekacauan dan ekstremisme."

Perang kata-kata itu, termasuk bantahan terhadap tuduhan Barat oleh Rusia yang merupakan sekutu lama Suriah, merupakan bagian dari upaya hiruk pikuk di kedua sisi untuk menggiring opini publik internasional setelah Presiden AS, Barack Obama, mengatakan dia akan mencari persetujuan Kongres sebelum meluncurkan serangan militer terhadap rezim Assad.

Dalam sebuah wawancara dengan harian Perancis, Le Figaro, Assad mengatakan bahwa Suriah telah menantang AS dan Perancis untuk memberikan bukti guna mendukung tuduhan mereka. Namun para pemimpin dua negara itu "tidak mampu melakukan hal tersebut, termasuk di hadapan masyarakat mereka sendiri." "Jika Amerika, Perancis atau Inggris punya sedikit saja bukti, mereka akan menunjukkan hal itu sejak hari pertama," kata Assad, yang mencaci Obama sebagai "lemah" dan berada di bawah tekanan politik dalam negeri AS. "Kami yakin orang yang kuat adalah orang yang mencegah perang, bukan orang yang mengobarkan itu," kata Assad.

Presiden Perancis, Francois Hollande, dan Obama telah menjadi dua pemimpin dunia yang paling vokal yang menyerukan aksi militer terhadap rezim Assad. Keduanya  menuduh Assad telah melakukan serangan dengan senjata kimia mematikan terhadap kawasan pinggiran kota Damaskus yang dikuasai pemberontak pada 21 Agustus.

AS mengatakan punya bukti bahwa rezim Assad berada di belakang serangan itu yang menurut Washington telah menewaskan sedikitnya 1.429 orang, termasuk lebih dari 400 anak-anak. Angka-angka itu jauh lebih tinggi dari jumlah korban tewas yang disampaikan oleh kelompok bantuan Dokter Lintas Batas (Doctors Without Borders) yang hanya menyebut angka 355 orang.

Pemerintah Suriah telah menyangkal tuduhan itu, dan menyalahkan para pejuang oposisi. Dalam wawancara dengan Figaro itu, Assad mempertanyakan apakah serangan itu benar-benar terjadi dan menolak untuk mengatakan apakah pasukannya punya senjata kimia, seperti yang diyakini banyak pihak.

Jika AS dan Perancis melakukan serangan, "Semua orang akan kehilangan kendali atas situasi ... Kekacauan dan ekstremisme akan menyebar. Ada risiko perang regional," kata Assad.

Untuk mendukung klaimnya, pemerintah Perancis menerbitkan sebuah sinopsis intelijen setebal sembilan halaman pada Senin yang menyimpulkan bahwa rezim Assad telah melancarkan serangan pada 21 Agustus. Serangan itu melibatkan "penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar," dan bisa melakukan serangan serupa di masa mendatang.

Secara keseluruhan, laporan Perancis itu hanya memberikan sedikit bukti konkret di luar apa yang para pejabat AS telah sampaikan akhir pekan lalu di Washington. Seiring dengan terbitnya laporan itu, Departemen Pertahanan Perancis mem-posting enam klip video amatir di situs webnya. Video-video itu menunjukkan para korban, beberapa di antaranya telah beredar secara online dan di media internasional.

Dalam wawancara dengan Figaro itu, Assad mengatakan "semua tuduhan didasarkan pada tuduhan teroris dan video tak berdasar yang di-posting di internet."

Laporan Perancis itu tidak membuat referensi khusus tentang lembaga-lembaga yang terlibat atau bagaimana intelijen mengumpulkan bahan tentang serangan itu, selain merujuk pada video mereka yang terluka atau terbunuh, laporan para dokter, dan "evaluasi independen" antara lain dari salah satu dari lembaga bantuan kemanusiaan yang berbasis di Paris, yaitu kelompok Dokter Lintas Batas (Doctors Without Borders) tiga hari setelah serangan itu.

Seorang pejabat pemerintah Perancis, yang tidak mau disebut jatidirinya karena ia bukan pejabat berwenang untuk berbicara tentang masalah itu terkait dengan sensivitas masalah tersebut, mengatakan analisis itu ditulis oleh para agen mata-mata DGSE dan unit intelijen militer, DRM, dan didasarkan pada citra satelit, gambar video, dan sumber-sumber di darat, ditambah sampel yang dikumpulkan dari dugaan serangan kimia pada April lalu.

Laporan itu mengatakan "sangat tidak mungkin" bahwa oposisi Suriah telah memalsukan gambar-gambar penderitaan anak-anak yang muncul secara online. Laporan itu juga mengatakan, intelijen menunjukkan pihak oposisi "tidak punya sarana untuk melakukan sebuah serangan yang besar dengan bahan kimia."

Pada saat serangan itu, rezim Assad takut akan kemungkinan serangan oposisi di Damaskus. Rezim itu, menurut laporan tersebut, sedang berupaya untuk menggagalkan kemungkin serangan dan mengamankan tempat-tempat strategis demi terus mengontrol Damaskus.

Sinopsis itu juga mengatakan dinas intelijen Perancis telah mengumpulkan contoh urin, darah, tanah dan amunisi dari dua serangan pada April di Saraqeb dan Jobar, yang menegaskan adanya penggunaan gas sarin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com