Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perancis Tak Sanggup Serang Suriah Sendirian

Kompas.com - 02/09/2013, 13:45 WIB
PARIS, KOMPAS.COM - Perancis, Minggu (1/9), mengatakan, pihaknya tidak dapat beraksi sendirian terhadap Suriah setelah Amerika Serikat (AS) mundur untuk sesaat. Sikap AS itu membuat Paris menjadi sekutu utama yang tersisa dalam koalisi Barat yang masih berniat untuk menghukum Presiden Suriah, Bashar Al Assad.

Setelah Presiden Barack Obama menunda serangan dengan memutuskan untuk berkonsultasi terlebih dulu dengan Kongres, dan parlemen Inggris memveto keterlibatan Inggris dalam aksi militer di Suriah, Perdana Menteri Perancis, Jean-Marc Ayrault, akan berdiskusi dengan para anggota senior parlemen pada Senin ini tentang bagaimana menanggapi tuduhan serangan senjata kimia yang diluncurkan Assad terhadap rakyatnya. Menteri Dalam Negeri Perancis, Manuel Valls, mengatakan, Perancis akan menunggu keputusan Kongres AS, yang setidaknya akan keluar dalam waktu kurang dari 10 hari. "Perancis tidak bisa maju sendirian," kata Valls kepada radio Europe 1. "Kami perlu koalisi."

Obama membuat pengumuman mengejutkan hari Sabtu, yaitu ia akan meminta persetujuan Kongres terlebih dulu untuk intervensi militer di Suriah. Sebelum Obama akhirnya menginjak rem, jalan telah dipersiapkan bagi serangan AS. Kapal-kapal Angkatan Laut telah dikerahkan dan menunggu perintah untuk meluncurkan rudal, dan para inspektur PBB telah meninggalkan Suriah setelah mengumpulkan bukti serangan senjata kimia yang menurut para pejabat AS telah menewaskan 1.429 orang.

Valls mengatakan, pengumuman Obama itu telah menciptakan "sebuah situasi baru" yang berarti Perancis harus menunggu "akhir dari fase baru itu".

Perancis, yang pernah memerintah Suriah selama lebih dari dua dekade hingga 1940-an, memiliki kekuatan militer, sebagaimana juga Amerika Serikat dan Inggris, untuk menyerang negara itu dalam menanggapi serangan pada 21 Agustus lalu di wilayah yang dikuasai pemberontak di sekitar Damaskus. Pemerintah Suriah telah menuduh para pemberontak yang harus disalahkan atas serangan gas beracun tersebut.

Presiden Perancis, Francois Hollande, menegaskan kepada Obama pada Sabtu tentang niatnya untuk menghukum Suriah. Namun Holland telah berada di bawah tekanan yang meningkat yang menuntutnya untuk meminta pendapat parlemen soal intervensi itu. Sebuah jajak pendapat oleh BVA pada Sabtu menunjukkan bahwa kebanyakan rakyat Perancis tidak menyetujui aksi militer terhadap Suriah dan sebagian besar tidak percaya Hollande melakukan operasi tersebut .

PM Jean-Marc Ayrault dijadwalkan untuk bertemu dua pemimpin parlemen Perancis dan oposisi konservatif pada Senin ini sebelum debat parlemen pada Rabu

Dugaan serangan senjata kimia bulan lalu itu merupakan insiden paling mematikan dalam perang sipil Suriah dan merupakan penggunaan senjata kimia terburuk di dunia sejak Saddam Hussein dari Irak menyemburkan gas beracun kepada ribuan warga suku Kurdi tahun 1988.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com