Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yale Buka Perguruan Tinggi Kontroversial di Singapura

Kompas.com - 28/08/2013, 18:34 WIB
SINGAPURA, KOMPAS.COM - Yale University, Selasa (27/8), secara resmi membuka perguruan tinggi yang mengkhususkan pada liberal arts di Singapura yang terkenal ketat pemerintahannya. Universitas bergengsi di Amerika Serikat itu mengatakan ada tuntutan akan “pemikiran kritis” di negara pulau tersebut dan negara-negara Asia lainnya.

Yale-NUS College, sebuah proyek kerja sama dengan National University of Singapore, telah dikritik oleh para pejabat Yale di AS karena pembatasan atas demonstrasi dan aktivitas politik mahasiswa/mahasiswi di Singapura.

“Warga Singapura, dan Asia secara umum, sangat haus akan pendidikan berkualitas yang mendorong pemikiran kritis dan model pendidikan liberal arts dan sains yang diadaptasi untuk abad 21,” ujar Pericles Lewis, presiden institut tersebut, dalam pidatonya.

Kepada kantor berita AFP, ia mengatakan “kami tidak sedang ingin mengubah wacana politik apa pun, tapi kami memberikan mahasiswa alat untuk menjadi warga negara yang aktif, untuk berpikir mengenai banyak isu.”

“Kami kira warga negara yang berpendidikan baik adalah hal yang paling penting bagi negara mana pun, terutama Singapura,” ujarnya.

Jurusan liberal arts memungkinkan mahasiswa untuk merancang kurikulum studi mereka sendiri, sehingga membangun pengetahuan mendasar yang komprehensif, atau multi dan antardisplin.

Angkatan pertama Yale-NUS College ini terdiri dari 157 mahasiswa dari 26 negara, 97 diantaranya warga negara Singapura, yang dipilih dari lebih dari 10.000 pendaftar dan akan mulai kuliah bulan ini di fasilitas-fasilitas sementara.

Kampus perguruan tinggi ini sendiri sedang dibangun dan akan dibuka pada 2015, dirancang untuk memiliki kapasitas penuh 1.000 mahasiswa.

Lembaga tersebut merupakan yang pertama dibuka oleh Yale di luar kampusnya di New Haven, negara bagian Connecticut.

“Kami yakin lembaga ini memiliki potensi untuk menjadi model untuk yang lainnya, terutama di Asia,” ujar Presiden NUS Tan Chorh Chuan.

Dalam sebuah resolusi yang diluncurkan April 2012, para pejabat Yale memperlihatkan “kekhawatiran terkait sejarah kurangnya penghormatan atas hak-hak sipil dan politik di negara Singapura.”

Mereka meminta Yale-NUS untuk menegakkan kebebasan sipil dan kemerdekaan politik di kampus dan di masyarakat secara luas.

Kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch menuduh Yale “mengkhianati semangat universitas sebagai pusat debat dan protes terbuka dengan menghilangkan hak-hak mahasiswanya” di kampus yang baru.

“Bukannya membela hak-hak ini, Yale tunduk ketika berhadapan dengan aturan keras di Singapura mengenai demonstrasi dan kebijakan-kebijakan yang membatasi kelompok mahasiswa,” ujarnya.

Kementerian Pendidikan Singapura menyatakan bahwa demonstrasi di kampus harus mendapat persetujuan dari pengurus Yale-NUS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP, VOA
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com