Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 27/08/2013, 09:13 WIB
EditorErvan Hardoko
TRIPOLI, KOMPAS.com - Kuasa hukum putra Moammar Khadaffy, Saif al-Islam, mendesak pemerintah Inggris melakukan sesuatu agar kliennya terhindar dari persidangan di Libya dengan mengirim dia ke Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda.

John Jones QC, kuasa hukum Saif al-Islam, mengatakan dia khawatir kliennya akan menghadapi dakwaan melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dan menjadi subyek "pertunjukan pengadilan" hanya untuk dijatuhi hukuman mati.

"Menghukum mati Saif Khadaffy akan menjadi pelanggaran besar terhadap perintah ICC sehingga sangat logis dan benar, dan menjadi sebuah kewajiban moral bagi Inggris untuk melakukan intervensi," ujar Jones.

ICC sebelumnya sudah menyatakan keprihatinannya terhadap kemampuan pemerintah Libya menggelar sebuah proses pengadilan dan rencana vonis yang akan dijatuhkan terhadap Saif al-Islam.

"Tidak ada perwakilan hukum untuk dia (saif al-Islam) di tingkat nasional dan upaya pengumpulan bukti serta perlindungan saksi tidak berjalan baik," kata juru bicara ICC, Fadi El-Abdallah.

Namun, proses untuk mengirim Saif al-Islam dari Libya ke Belanda terbukti bukan perkara mudah.

Dia tertangkap pasukan pemberontak Libya di kota Zintan pada November 2011. Sejak itu, Saif ditahan di sebuah ruang bawah tanah di kota tersebut.

Pemerintah Libya yang masih berupaya menanamkan pengaruh di sebagian besar wilayah negeri itu, kesulitan meminta izin milisi Zintan untuk pemindahan Saif ke Belanda.

Saif al-Islam, sebelumnya bahkan diharapkan Barat untuk memimpin Libya ke arah demokrasi, sebelum ayahnya ditumbangkan pemberontak.

Saif yang mengenyam pendidikan di London School of Economics (LSE) itu dianggap oleh banyak negara secara de facto sebagai perdana menteri Libya.

Saat pasukan pemberontak semakin mengikis kekuasaan ayahnya, Saif menolak meninggalkan Libya.

Dia tertangkap saat akan melintasi perbatasan Libya menuju Niger, hanya sebulan setelah Kolonel Moammar Khadaffy tertangkap dan terbunuh.

Saif terlihat publik untuk terakhir kalinya pada Mei lalu saat hadir di persidangan dan menjawab sejumlah dakwaan terkait membahayakan keamanan nasional karena dianggap menyediakan informasi sensitif untuk ICC.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber Sky News

Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke