Sementara itu, para aktivis Dewan Komando Revolusioner Suriah mengatakan, pesawat tempur pemerintah terbang di atas kawasan yang baru saja mengalami serangan senjata kimia itu.
Fakta ini membuat pasukan yang loyal terhadap Presiden Bashar Al Assad menjadi tersangka utama telah melakukan serangan kimia di kawasan yang dikuasai pemberontak di sebelah timur Damaskus itu.
"Pasukan pemerintah, melakukan operasi militer di Ghouta timur dan barat menggunakan pesawat jet dan peluncur roket, mengakibatkan ratusan orang tewas," kata Lembaga Pemantau HAM Suriah kepada Reuters.
Pengeboman intensif di pinggiran ibu kota itu bisa didengar penduduk di pusat kota Damaskus.
Komite Koordinasi Lokal (LCC), sebuah jaringan aktivis melaporkan ratusan korban tewas serangan gas beracun terutama dilakukan di bagian barat Ghouta.
Menurut kantor berita Reuters, kabar penggunaan gas beracun ini belum dapat diverifikasi kebenarannya. Apalagi, kabar serangan ini muncul bersamaan dengan kunjungan tim pakar senjata kimia PBB ke Damaskus.
Dalam wawancara dengan Al Arabiya, Ketua Koalisi Nasional Suriah Ahmad Jarba meminta para penyelidik PBB pergi ke Ghouta, tempat yang disebut Jarba sebagai lokasi pembantaian.
Sementara itu, pemerintah Suriah membantah telah melakukan serangan menggunakan senjata kimia di Ghouta.
"Laporan penggunaan senjata kimia (di pinggiran) Ghouta sama sekali tidak benar," demikian kantor berita Suriah SANA.
Dalam laporan SANA, pemerintah Suriah membantah bukti-bukti yang diajukan aktivis oposisi. Pemerintah Suriah juga menambahkan berbagai berita televisi satelit ditujukan untuk mendukung terorisme.
"Ini adalah upaya untuk mencegah tim PBB melakukan misinya." tambah pernyataan itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.