Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analis: Para Pemimpin Arab Dukung "Penumpasan" Ikhwanul Muslimin

Kompas.com - 16/08/2013, 23:51 WIB
KAIRO, KOMPAS.com — Sejumlah analis politik Timur Tengah mengatakan, para pemimpin negara-negara Arab secara diam-diam mendukung langkah keras Mesir menghadapi pendukung Ikhwanul Muslimin.

Dukungan itu diberikan karena negara-negara Arab khawatir menguatnya pengaruh Ikhwanul Muslimin di kawasan itu sejak gerakan "Arab Spring" akan mengancam kekuasaan mereka.

Sejauh ini, hanya Qatar dan Tunisia, di mana Partai Ennahda yang berkuasa berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, mengecam kekerasan Kairo yang menewaskan lebih dari 600 orang itu.

"Semua kerajaan di kawasan Teluk, kecuali Qatar, khawatir revolusi Ikhwanul Muslimin akan ditularkan ke negara lain," kata Khattar Abou Diab, profesor dari Universitas Paris-Sud.

Dengan demikian, lanjut Abou Diab, para pemimpin negara-negara Arab berharap kembalinya situasi klasik kekuasaan di Mesir, sebuah negara penting di dunia Arab.

"Negara-negara ini, terutama Arab Saudi, sudah merasa terganggu dengan semakin kuatnya Turki dan Iran. Dukungan Arab Saudi kepada Mesir menunjukkan keinginan untuk kembali ke sebuah sistem tradisional Arab yang berbasis pada garis yang lebih klasik," tambah Abou Diab.

Turki, dengan pemerintah berhaluan Islam yang secara ideologi terkait dengan Ikhwanul Muslimin, mulai meningkatkan pengaruhnya di dunai Arab sejak pecahnya revolusi Arab Spring.

Sementara Iran memperkuat hubungannya dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan memperkukuh hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin Mesir.

"Apa yang terjadi di Mesir adalah produk sebuah isu regional besar, semacam perang dingin Arab, dan sudah jelas pihak mana yang akan menjadi pemenang," kata Shadi Hamid, pakar politik Timur Tengah dari Brookings Doha Centre.

Bagi Riyadh dan Abu Dhabi, lanjut Hamid, kudeta terhadap Muhammad Mursi menjadi pukulan keras bagi rival regional kedua negara itu, Ikhwanul Muslimin.

"Arab Saudi dan Uni Emirat Arab kini menjadi pendukung utama pemerintahan militer Mesir. Sangat tak mungkin berharap kedua negara ini mengkritik Mesir," ujar Hamid.

Selama 30 tahun, Arab Saudi dan Ikhwanul Muslimin sebenarnya memiliki hubungan yang cukup baik.

Namun, hubungan itu memburuk setelah Ikhwanul mengkritik kebijakan Riyadh yang menampung pasukan AS dalam Perang Teluk 1991.

Hubungan keduanya semakin buruk setelah serangan 11 September 2001 ke Gedung World Trade Centre, New York, AS.

Saat itu, Riyadh menuding Ikhwanul Muslimin sebagai bagian dari ideologi jihad. Pernyataan itu diikuti keputusan Menteri Dalam Negeri Arab Saudi pada 2002 yang menyatakan semua kelompok ekstremis berasal dari Ikhwanul Muslimin.

Namun, hal terburuk bagi Arab Saudi adalah semakin dekatnya hubungan antara Ikhwanul Muslimin dan Iran, yang adalah rival utama Arab Saudi dalam hal pengaruh politik di kawasan Timur Tengah.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com