Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Jadi Korban Bom Bunuh Diri Taliban di Pakistan

Kompas.com - 09/08/2013, 05:28 WIB
QUETTA, KOMPAS.com — Setidaknya 30 orang tewas dan 62 orang lainnya cedera akibat bom bunuh diri pada sebuah acara pemakaman seorang polisi, di Pakistan, Kamis (8/8/2013) waktu setempat. Di antara korban tewas dan cedera terdapat anak-anak.

Pengeboman itu merupakan serangan mematikan ketiga terhadap pihak pemerintah dalam waktu dua pekan.

Seorang wartawan Reuters di lokasi kejadian di kota Quetta, Pakistan barat, menggambarkan suasana kekacauan ketika polisi-polisi yang cedera membawa rekan-rekan mereka yang bersimbah darah ke dalam ambulan.

"Mereka bukan muslim. Mereka bukan manusia," kata Inspektur Jendral Mushtaq Sukhera mengenai penyerang.

"Kami tidak memiliki pilihan lain kecuali memerangi teroris. Kami telah berkorban dan akan terus melakukannya dan tidak akan tunduk," tambahnya.

Menurut Sukhera, sebanyak 21 dari korban tewas adalah polisi, dengan lima di antaranya adalah polisi senior. Sementara korban tewas lain diidentifikasi.

Fayyaz Sumbal, deputi inspektur jenderal operasi untuk Quetta, ibu kota provinsi Baluchistan, termasuk di  antara mereka yang tewas.

Juru bicara Taliban Shahidullah Shahid mengatakan, pihaknya bertanggung jawab atas serangan tersebut. Menurutnya, pihaknya melancarkan serangan itu untuk membalas penangkapan dan perlakuan buruk terhadap gerilyawan mereka.

Sejumlah kelompok militan beroperasi aktif di Baluchistan, provinsi terbesar tetapi termiskin di Pakistan. Kekerasan sektarian antara Sunni dan Syiah terjadi di wilayah yang berbatasan dengan Iran dan Afganistan itu.

Separatis Baluchistan mengobarkan kekerasan sejak 2004 untuk menuntut otonomi politik dan pembagian lebih besar dari kekayaan minyak, gas, dan mineral di wilayah yang penduduknya dilanda kemiskinan itu.

Kelompok militan Lashkar-e-Jhangvi (LJ) yang terkait dengan Al Qaeda juga mengobarkan serangan-serangan terhadap minoritas Syiah, dan beberapa aparat kepolisian di kota itu menyatakan mereka diancam oleh kelompok tersebut.

Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.

Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaeda dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.

Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah barat laut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afganistan.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaeda di kawasan suku barat laut, di mana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung Pemerintah Pakistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan, dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afganistan.

Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan kepada militan di sepanjang perbatasan dengan Afganistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.

Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com