JAKARTA, KOMPAS.com — Selain mengeluhkan leletnya kinerja Ditjen Imigrasi RI, Duta Besar RI untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstein Djoko Susilo juga menengarai kentalnya praktik monopoli pengadaan barang di institusi di bawah Kementerian Hukum dan HAM tersebut.
Dalam keterangannya melalui e-mail, Kamis (25/7/2013), Djoko menduga adanya praktik monopoli pengadaan printer dan tinta untuk pencetakan dokumen paspor dan visa. Bahkan, hal yang terkait kekonsuleran diduga dimonopoli oleh perusahaan tertentu.
Sebagai gambaran, meski perusahaan produsen tinta dan printer Dermalog berlokasi di Hamburg (Jerman), Kedutaan Besar RI (KBRI) dan Konsulat Jenderal RI (KJRI) yang kehabisan tinta atau butuh printer tidak bisa langsung membeli ke Hamburg.
"Sangat tidak masuk akal. Kami yang di Bern, Swiss, tidak boleh membeli langsung ke Hamburg yang lebih dekat, dan harus memesan ke PT tertentu di Jakarta," kata Djoko Susilo.
Mantan anggota Komisi I DPR RI itu menilai, mekanisme monopolistik mengakibatkan biaya mahal, serta boros waktu. Ia memberi contoh, biaya kirim dari Jakarta mencapai 150 dollar AS. Padahal, jika beli langsung dari Hamburg biaya kirimnya hanya sekitar 10 euro (1 euro= Rp 13.000).
Menurut Djoko, di seluruh Eropa saja terdapat hampir 40 perwakilan RI (termasuk KBRI/KJRI). Lembaga-lembaga tersebut harus secara reguler mendapatkan suplai tinta dan pengadaan printer yang terpaksa dipesan dari Jakarta.
Ia mengharapkan para pejabat terkait segera meninjau sistem monopolistik yang sangat merugikan dan menghambat pelayanan publik ini.
"Saya terpaksa bicara apa adanya agar publik tahu bahwa pelayanan KBRI dan KJRI menjadi tidak maksimal karena ada pihak yang lain sangat lelet kerjanya dan membiarkan sistem monopoli pada barang-barang yang vital," katanya Djoko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.