Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bocah Perempuan Yaman Unggah Video Tolak Pernikahan Dini

Kompas.com - 22/07/2013, 22:08 WIB
You Tube/Daily Mail Bocah perempuan asal Yaman, Nada al-Ahdal (11) kabur karena menolak dinikahkan.
SANA'A, KOMPAS.com — Nada al-Ahdal, seorang bocah perempuan berusia 11 tahun asal Yaman, melarikan diri dari kediamannya karena dipaksa menikah oleh orangtuanya.

Dalam pelarian yang dibantu pamannya, Nada kemudian mengunggah video ke situs YouTube. Dalam video yang direkam dalam mobil dan tertanggal 8 Juli itu Nada menceritakan pengalamannya.

"Ayo, nikahkan saya dan saya akan bunuh diri," ancam gadis itu dalam video.

"Apakah mereka tak punya kasih sayang lagi? Saya lebih baik mati (daripada menikah)," sambung Nada.

"Ini bukan kesalahan anak-anak. Ini tak hanya terjadi pada saya, tetapi pada semua anak-anak," sambung dia.

"Beberapa anak memutuskan terjun ke laut, dan mereka sekarang sudah mati. Mereka membunuh mimpi kami, mereka membunuh semua yang ada di dalam diri kami. Tak ada yang tersisa. Ini adalah kejahatan," sambung Nada.

Video itu berakhir dengan satu kalimat tegas dari Nada.

"Saya muak dengan kalian. Kalian menghancurkan mimpi saya," Nada menegaskan.

Nada selama ini dibesarkan pamannya, Abdel Salam al-Ahdal, sejak dia berusia tiga tahun.

Namun, saat seorang pria Yaman yang bekerja di Arab Saudi datang dan ingin menikahi Nada, kedua orangtuanya langsung menyetujui permintaan itu.

Dalam wawancara dengan harian National Yemen, Nada menuduh ibunya merencanakan pernikahan itu demi mendapatkan uang.

"Tetapi, saya bukan barang untuk dijual," ujarnya.

"Saya ini manusia dan saya lebih baik mati jika saya menikah dalam usia saya sekarang," dia menegaskan.

Nada memiliki seorang kakak perempuan berusia 18 tahun yang sudah ditunangkan beberapa kali.

Kedua orangtua Nada menerima semua lamaran dan menerima sebagian uang muka untuk "membeli" sang pengantin perempuan.

Mereka kemudian menunda pernikahan hingga sang calon suami memiliki cukup uang untuk menebus sang calon istri sebelum masa pertunangan berakhir.

Tak hanya Nada yang ketakutan dengan rencana pernikahan ini. Sang paman, Abdel Salam al-Ahdal, juga merasa panik.

"Saat saya mendengar ada pria melamar, saya panik. Nada belum genap 11 tahun. Usia dia tepatnya 10 tahun 3 bulan. Saya tak mengizinkan dia dipaksa menikah dan menghancurkan mimpinya, apalagi bibinya dipaksa menikah pada usia 13 tahun dan setelah itu dia tewas bakar diri," ujar Abdel Salam.

"Saya akan lakukan apa pun untuk mencegah pernikahan ini. Saya menemui pria itu dan mengatakan Nada tidak cocok untuknya," tambah Abdel Salam.

"Dia tak mengenakan kerudung dan dia meminta untuk tetap tidak mengenakan kerudung. Lalu saya katakan, Nada suka bernyanyi dan dia meminta tetap bisa bernyanyi setelah bertunangan," ujar sang paman.

Kaburnya Nada bersama pamannya membuat kedua orangtua Nada marah dan mendesak agar Nada dikembalikan ke kediamannya.

Namun, saat Nada kembali, orangtuanya kembali akan menikahkannya dan Nada kembali kabur.

Saat sang paman menemukan Nada kembali, dia melaporkan masalah itu kepada pemerintah dan Nada diperkenankan tinggal bersama pamannya itu. Saat itulah Nada mengunggah video ini.

Praktik menikahkan bocah perempuan seperti Nada marak terjadi di Yaman dan menarik perhatian organisasi HAM internasional yang mendesak Pemerintah Yaman menerbitkan undang-undang perlindungan anak-anak.

Kemiskinan yang mencengkeram rakyat Yaman membuat praktik ini terus subur. Keluarga miskin kerap tak bisa menolak lamaran yang dibarengi uang tunai ratusan dollar AS.

Lebih dari seperempat dari 24 juta penduduk Yaman menikah di bawah usia 15 tahun. Demikian data dari Kementerian Sosial Yaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com