Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/07/2013, 18:55 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis


CANBERRA, KOMPAS.com - Pemerintah Nauru sedang melakukan pertemuan dengan Polisi Federal Australia dan pejabat imigrasi, Sabtu (20/7/2013). Pertemuan itu dilakukan guna memutuskan nasib 50-60 pencari suaka yang dituduh melakukan kerusuhan di pusat penahanan imigrasi di sana.

Pusat penahanan tersebut praktis musnah dilalap api dengan kerugian sekitar 60 juta dollar Australia. Enam pencari suaka dirawat di rumah sakit, sementara 127 orang lain ditahan di sebuah kantor polisi kecil, tidak jauh dari gedung sekolah menengah utama di pulau tersebut.

Direktur Nauru Media, Sharain Hiram mengatakan pejabat presiden Nauru sudah menyampaikan pidato di televisi meminta kepada warga Nauru untuk tidak mendekati pusat penahanan. Para pekerja lokal diminta tidak bekerja dulu, sehingga tinggal petugas keamanan, polisi Australia, dan para sukarelawan untuk memperbaiki kerusakan di sana.

Menurut laporan koresponden Kompas.com di Australia, L Sastra Wijaya, di saat kerusuhan mencapai puncaknya Jumat malam, pemerintah meminta warga setempat untuk membantu pihak keamanan. "Sekitar 250 orang membantu. Tidak ada yang terluka, hanya luka kecil karena lemparan batu," kata Hiram.

Saksi mata melaporkan, kerusuhan terjadi karena munculnya rumor bahwa pusat penahanan di Pulau Manus itu akan ditutup. Rumor ini muncul sebelum Perdana Menteri Australia Kevin Rudd mengumumkan bahwa semua pencari suaka yang sampai di Australia menggunakan perahu akan dikirim ke Papua Nugini dan dimukimkan di sana.

Keterangan yang diperoleh Kompas.com, seluruh 550 pencari suaka yang berada di pusat penahanan tersebut sekarang harus tinggal sementara di tenda sampai fasilitas pengganti dibangun. Persediaan makanan juga dilaporkan dirusak oleh massa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com