Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam Dua Bulan, Mesir Kehabisan Gandum Impor

Kompas.com - 11/07/2013, 17:04 WIB
KAIRO, KOMPAS.com — Persediaan gandum impor Mesir hanya tersisa untuk kebutuhan kurang dari dua bulan. Demikian kata salah satu menteri presiden terguling Muhammad Mursi, Kamis (11/7/2013).

Bassem Ouda, mantan menteri persediaan pangan, mengatakan, persediaan gandum impor Mesir kini tinggal 500.000 ton.

Mesir adalah negeri pengimpor gandum terbesar di dunia dan setengah dari gandum impor itu didistribusikan untuk kebutuhan pangan 84 juta warganya dalam bentuk roti yang disubsidi.

Saat berkuasa, pemerintahan Mursi selalu menutupi angka persediaan gandum impor negeri itu, bahkan saat impor gandum tertunda karena Mesir kekurangan uang tunai.

Krisis politik selama dua setengah tahun di Mesir menyebabkan krisis ekonomi yang begitu dalam di negeri itu. Akibatnya, para investor dan wisatawan hengkang dari negeri Afrika Utara tersebut.

Akibat lanjutannya adalah Mesir kekurangan pemasukan dan membuat negeri itu semakin kesulitan mengimpor makanan dan bahan bakar.

Setelah membeli 3,7 juta ton dari panen gandum dalam negeri, Ouda mengatakan masih ada 3 juta ton gandum lokal di berbagai toko di Mesir.

Mesir biasanya menggabungkan gandum lokal dan impor untuk menghasilkan tepung yang tepat untuk memproduksi roti. Ouda mengatakan, pemerintahan Mursi mencoba meningkatkan rasio penggunaan gandum lokal hingga 60 persen.

Biasanya, Mesir mengimpor 10 juta ton gandum tiam tahun. Tahun ini, Mesir tidak melakukan impor gandum sejak Februari hingga hari terakhir Mursi berkuasa saat pemerintah membeli 180.000 ton gandum yang akan tiba pada Agustus mendatang.

Sejak Muhammad Mursi terguling pekan lalu, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Kuwait menawarkan pinjaman  sebesar 12 miliar dolar AS berupa uang tunai, pinjaman, dan bahan bakar.

Dengan bantuan ketiga negara Teluk ini, para pakar ekonomi mengatakan, Mesir bisa "bernapas" setidaknya selama enam bulan untuk memperbaiki kondisi finansial negeri itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Reuters

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com