Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuhan Atas Pendukung Mursi Dulang Kecaman Internasional

Kompas.com - 09/07/2013, 00:59 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber Antara
KAIRO, KOMPAS.com — Jatuhnya puluhan korban tewas dari kubu pendukung Presiden terguling Mesir Muhammad Mursi mengundang kecaman internasional. Kecaman tak hanya datang dari timur tengah maupun negara yang mayoritas berpenduduk Muslim.

"Kami mengutuk dan menyayangkan terjadinya kekerasan," kata Michael Mann, Juru Bicara untuk Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Chaterine Ashton, Senin (8/7/2013). Atas nama Uni Eropa dia mendesak pihak yang bertikai untuk kembali ke proses demokratis secepat mungkin.

Mann mengatakan, Uni Eropa yang mencakup 28 negara telah menahan bantuan miliaran euro yang sudah dijanjikan ke Mesir, seiring perkembangan terakhir politik Mesir. Meskipun belum ada rencana mengubah pengaturan bantuan, tetapi peninjauan terus-menerus akan dilakukan.

"Kami melakukan segala yang kami bisa dengan berbicara kepada semua pihak di lapangan untuk memastikan bahwa mereka semua mengerti tentang betapa pentingnya perdamaian dijaga," kata Mann.

Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan, ia mengutuk keras perkembangan situasi di Mesir, yang ia sebut sebagai "pembantaian massal".  Dia pun menyatakan "solidaritas Turki bagi rakyat Mesir". Davutoglu mendesak semua pihak mengembalikan situasi normal di Mesir.

Para pemimpin Hamas di Gaza, Palestina, juga menggambarkan pembunuhan di Mesir sebagai "pembantaian massal" serta menyatakan "kepedihan dan kesedihan yang mendalam bagi para korban". Dalam pernyataannya, Hamas juga mendesak bagi "diakhirinya pertumpahan darah di antara rakyat Mesir".

Qatar, yang merupakan pendukung utama Ikhwanul Muslimin, tempat Mursi bernaung, pun mengutuk keras "peristiwa pahit yang menewaskan orang-orang tidak bersalah". Pemerintah Qatar pun meminta semua pihak menahan diri dan menciptakan kesatuan nasional.

Dialog untuk memelihara keamanan, keselamatan, dan stabilitas di Mesir, menurut Qatar, juga harus dilakukan. Juru Bicara Pemerintah Qatar juga mendesak otoritas Mesir untuk melindungi para pengunjuk rasa berikut hak menyatakan pendapat dan hak mereka.

Bahkan dari Mesir, pemimpin liberal Mesir yang disegani dan merupakan penerima hadiah Nobel Perdamaian, Mohamed ElBaradei, "mengutuk keras" terjadinya pembunuhan. Dia menegaskan bahwa kekerasan hanya akan menumbuhkan kekerasan. Elbaradei pun mendesak dilakukannya penyelidikan independen.

Desakan digelarnya investigasi independen atas tewasnya puluhan pendukung Mursi juga diserukan oleh Jerman. Pemerintah Jerman pun mendesak semua kekuatan tidak bersikap berlebihan dan menghentikan kekerasan dalam bentuk apa pun.

"Ada kekhawatiran yang sangat mendalam tentang kemungkinan peningkatan kekerasan di Mesir," kata Kementerian Luar Negeri Jerman di Berlin, dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, Iran mengecam campur tangan militer Mesir dalam masalah politik. Teheran menyebut langkah militer Mesir ini sebagai tindakan yang "tidak bisa diterima" dan merupakan hasutan.

"Tidak bisa dimungkiri bahwa 'tangan-tangan' luar negeri ada di situ," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Araqchi. "Pengelompokan di kalangan masyarakat Mesir adalah tindakan yang berbahaya."

Hingga Senin (8/7/2013) malam, jumlah korban tewas dari kubu pendukung Mursi sudah simpang siur, tetapi semua menyebutkan lebih dari 42 orang. Satu versi mengatakan korban tewas telah mencapai 51 orang.

Militer Mesir mengambil alih kekuasaan Persiden Mursi, Rabu (3/7/2013). Ketua pengadilan tertinggi Mesir, sementara ditunjuk menjadi Presiden ad interim sampai digelarnya pemilu. Namun, sampai saat ini belum ada kepastian kapan pemilu akan digelar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Sumber Antara
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com