Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Protes Anjungan Minyak China di Wilayah Sengketa

Kompas.com - 03/07/2013, 18:54 WIB

TOKYO, KOMPAS.com - Pemerintah Jepang, Rabu (3/7/2013), menyampaikan protes kepada pemerintah China atas pembangunan anjungan pengeboran di dekat ladang minyak yang diperebutkan di Laut China Timur.

Menteri Sekretaris Negara Jepang Yoshihiko Suga mengatakan China membangun pelataran anjungan pengeboran sekitar 26 kilometer ke arah barat wilayah China dari garis median antara kedua negara.

"Kami tetap memegang pendirian bahwa kita tidak dapat menerima pembangunan sepihak yang dilakukan China di wilayah ini," kata Suga seperti dikutip kantor berita AFP.

Alasannya, kata Suga, Jepang dan China saling mengklaim wilayah itu sementara penentuan dengan tepat batas antara kedua negara belum disepakati. Jepang menganggap garis median sebagai garis pembatas yang sesuai, tetapi China tidak setuju.

Pembangunan anjungan pengeboran memang terletak di dalam garis median China, tetapi Jepang khawatir hal itu akan memungkinkan China menyedot gas dari dalam wilayah Jepang.

"Kita telah menyampaikan keprihatinan mendalam kepada China tentang aktivitas kapal derek. Melalui jalur diplomatik, kita mengatakan kita tidak dapat menerima hal itu," tegas Yoshihiko Suga.

Sejauh ini, lanjutnya, China belum memberikan tanggapan.

Pada 2008 kedua negara sepakat bahwa perusahaan-perusahaan Jepang akan diizinkan untuk menanamkan modal dalam proyek pembangunan ladang gas, setelah China memulai proyek.

Tetapi kemajuan kerja sama ini menemui jalan buntu di tengah ketegangan sengketa wilayah.

Sebelumnya Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memperingatkan bahwa Jepang akan menggunakan kekuatan militer terhadap kapal-kapal China bila mendarat di kepulauan yang diperebutkan kedua negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com