Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/07/2013, 12:27 WIB
ISLAMABAD, KOMPAS.COM — Dua gadis remaja Pakistan dibunuh setelah dituduh menodai nama keluarga dengan membuat sebuah video yang memperlihatkan mereka menari dalam hujan. Dalam video tersebut, Noor Basra (15 tahun) dan Noor Sheza (16 tahun) terlihat berlari di bawah hujan dengan menggunakan baju tradisional, bersama dua remaja lain, di kota Chilas, wilayah utara Gligit.

Mail Online, Minggu (30/6/2013), melaporkan, kedua kakak beradik itu tampak menari dan salah satunya bahkan tersenyum sambil berkedip ke arah kamera. Video yang beredar melalui ponsel tersebut akhirnya menimbulkan kemarahan di kalangan masyarakat Pakistan yang konservatif.

Minggu lalu, kedua remaja itu ditembak mati bersama ibu mereka di rumah mereka oleh lima orang pria.

Menurut The Sunday Times, yang dikutip Mail Online, polisi kini menginvestigasi apakah saudara tiri kedua gadis itu, yaitu Khutore, merencanakan serangan tersebut. Khutore dituduh telah berkeinginan untuk mengembalikan kehormatan keluarga yang ternoda akibat "ulah" kedua gadis itu.

Seorang saudara laki-laki lain dari kedua remaja ini telah mengadukan Khutore dan keempat orang lain yang dicurigai sebagai pelaku penembakan dan kini telah kabur.

Tahun lalu, empat perempuan diyakini telah dibunuh oleh tetua suku setelah mereka menyanyi dan menari bersama laki-laki dalam sebuah pesta pernikahan di desa terpencil Kohistan di Pakistan barat laut. Sebuah dewan suku yang terdiri dari para ulama, yang dikenal sebagai Jirga, dilaporkan telah memvonis mati para perempuan itu atas tindakan pencabulan dan penodaan nama keluarga mereka. Tindakan mereka dianggap telah membuat malu masyarakat.

Komisi HAM Pakistan mengatakan, setidaknya 943 perempuan dan remaja putri dibunuh tahun 2011 karena diduga telah mencemarkan nama baik keluarga mereka.

Menurut kelompok pembela perempuan, The Aurat Foundation, sekitar 1.000 pembunuhan berkedok "kehormatan" terjadi di Pakistan setiap tahun.

Statistik menyoroti jumlah kekerasan yang dialami oleh banyak perempuan di tengah masyarakat konservatif Pakistan, yang dalam hal ini mereka sering kali dianggap sebagai masyarakat kelas dua. (Dyah Arum Narwastu)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com