Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/06/2013, 12:49 WIB
|
EditorLaksono Hari Wiwoho


SINGAPURA, KOMPAS.com - Kabut asap yang menyelimuti Singapura dalam dua pekan terakhir merupakan suatu realitas baru di Bandara Changi. Bandara yang baru dinobatkan Skytrax sebagai bandara terbaik di dunia itu mau tidak mau harus beradaptasi dengan “teman baru” ini.

Ketika indeks polutan menyentuh level 300 minggu lalu, petugas Air Traffic Controller (ATP) harus membuka mata mereka sejeli mungkin. Petugas juga harus berkomunikasi sejelas mungkin untuk memastikan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Jarak pandang relatif sangat terganggu di sejumlah landasan. Proses take off dan pendaratan harus dilakukan dengan super hati-hati.

Sampai saat ini, petugas ATC memutuskan untuk memperpanjang jarak take off dan pendaratan antara satu pesawat dan pesawat lain. Akibatnya, penumpang harus menunggu lebih lama.

Kontributor Kompas.com di Singapura merasakan sendiri penundaan ini. Pesawat Airbus A380 yang membawa kontributor Kompas.com dari Paris harus berputar-putar di atas udara selama lebih kurang 20 menit. Demikian juga ketika kontributor tersebut terbang dari Singapura ke Medan.

Proses take off yang umumnya sangat cepat berubah menjadi sangat lama. Ada sekitar 30 menit waktu yang dibutuhkan untuk terbang setelah pintu pesawat resmi ditutup.

Kabut terlihat di mana-mana. Enam hingga tujuh pesawat terlihat antre untuk mendapatkan izin take off. Lampu landasan juga telah dibuka di siang hari untuk meningkatkan jarak pandang para pilot.

"Ini merupakan penyesuaian yang tidak dapat dielakkan lagi. Keselamatan penumpang merupakan prioritas nomor satu kami," kata Menteri Transportasi Lui Tuck Yew.

Kabut asap merupakan momok bagi penerbangan. Tragedi Garuda Indonesia 152 yang jatuh di Desa Pancur Batu, Sumatera Utara, 16 tahun lalu masih teringat dengan jelas. Pesawat tujuan Medan itu mengalami kecelakaan disebabkan oleh kabut asap tebal yang menutupi kota Medan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Rekomendasi untuk anda
    27th

    Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

    Syarat & Ketentuan
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
    Laporkan Komentar
    Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com