Menurut laman Bangkok Post pada Selasa (25/6/2013), petani meminta Partai Pheu Thai, partai penguasa, berpikir ulang soal korting alias pemotongan harga tadi. "Pendemo minta pemerintah berpikir selama seminggu ini,"kata Menteri Perdagangan Thailand Boonsong Teriyaphirom.
Teriyaphirom menerima petisi yang disampaikan petani itu. Di dalamnya ada catatan agar Komite Kebijakan Beras Thailand yang diketuai Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mempertahankan harga jual lama alias 500 dollar AS per ton.
Di dalam petisi itu, petani juga mencantumkan biaya produksi. Besarnya di kisaran 350 dollar AS per ton. "Permintaan petani akan kami teruskan dalam rapat kebinet minggu depan,"kata Boonsong Teriyaphirom.
Pendemo kebanyakan berasal dari Asosiasi Petani Thailand. Sentra beras Thailand mayoritas berada di kawasan tengah dan utara Thailand.
Rata-rata produksi beras Thailand per tahun berada di angka 22 juta ton. Sementara, kebutuhan dalam negeri di posisi 9 juta ton. Thailand sampai kini menjadi pengekspor beras terbesar di dunia.
Jika dibandingkan dengan Indonesia, seturut data Kementerian Pertanian, produksi beras Indonesia rata-rata 37 juta ton. Meski lebih tinggi ketimbang Thailand, Indonesia justru acap mengimpor beras. Soalnya, konsumsi dalam negeri Indonesia mencapai 34,5 juta ton.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.